Jangan Sakit

Lelaki itu menghela napasnya saat ia merasakan jika tubuh Bintang panas. Lalu kemudian ia meraih sebungkus pereda panas untuk ia tempelkan pada kening Bintang.

“Lain kali, kalo gue bilangin tuh nurut Bintang, bisa gak?” Ucap Lintang sambil mengusap kening Bintang.

Perempuan itu hanya terdiam sambil memajukan bibirnya.

“Gue kayak kemarin tuh khawatir, gue gak mau lo kenapa-napa. Liat sekarang, lo sakit, kan? Udah tau lo tuh gampang sakit kalo keluar sampe malem,” ucap Bintang yang kini tengah membuka sebungkus kotak nasi berisi bubur yang sebelumnya ia beli.

“Bangun dulu, gue suapin,” ucap Lintang yang di kemudian dituruti oleh Bintang.

Lintang menatap perempuan itu penuh khawatir, sangat terlihat jelas pada sorot matanya jika ia tidak ingin melihat perempuan ini sakit.

“Abisin, ya?” Ucap Lintang dengan nada suara lembut.

“Ini kalo makannya gak diabisin lo tambah sakit,” ucapnya lagi.

Bintang hanya bisa mengangguk sambil berusaha menahan tangis.

Lintang kembali menatap perempuan di hadapannya ini. Kemudian jemarinya perlahan mengusap wajah dan pucuk kepala perempuan itu dengan lembut. Membuat Bintang merasakan perasaan aneh yang tiba-tiba saja terasa.

“Jangan sakit, gue gak suka ....” lirih Lintang.

Bintang kemudian menatap lelaki itu.

“Lin ....”

“Hmm?”

“Jangan kayak gini,” ucap Bintang menunduk, sedangkan Lintang mengerutkan keningnya.

“Gini gimana?”

“Jangan natap gue tulus, jangan khawatir berlebihan kayak gini, jangan bikin gue takut Lin.”

Lintang terdiam.

“Gue takut rasa sayang gue ke lo makin berlebihan,” ucap Bintang yang kini melepaskan lengan Bintang agar menjauh.

Lintang menatap Bintang, kemudian ia menyimpan bubur di genggamannya dan duduk menjauh.

“Jangan,”

“Jangan sayang ke gue berlebihan, jangan Bin.”