Jangan nangis sendirian

Sagara benar-benar tidak berbohong ketika dia mengatakan jika dirinya ingin ikut pergi bersama Juli.

Gadis itu, hanya bisa menghela napasnya ketika melihat Sagara yang tengah tersenyum dari dalam mobil. “Ayo masuk,” ucap Sagara membuat Juli mau tidak mau masuk ke dalam.

Katakan saja Sagara aneh, sebab saat ini dirinya tengah tersenyum lebar pada Juli. Membuat gadis itu kebingungan.

“Nanti kasih tau jalannya, ya?” ujar Sagara membuat Juli hanya mengangguk pelan.

Jujur saja, Juli masih sangat asing dengan perilaku Sagara yang selalu berusaha untuk dekat dengan dirinya. Bukannya apa-apa, tapi baru kali ini ada seseorang yang mendekati Juli seperti ini.

Butuh waktu hampir satu jam hingga akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.

“Sagara, kamu tunggu disini aja, boleh?” Tanya Juli membuat Sagara terdiam.

“Saya gak boleh ikut kesana?”

Juli menggeleng pelan. Membuat Sagara mau tidak mau mengangguk menyetujui permintaan Juli.

“Yaudah, saya tunggu disini,” ucap Sagara membuat Juli tersenyum tipis lalu sedetik kemudian Juli keluar dari mobil itu dan berjalan menuju pemakaman.

Dari dalam mobil, Sagara bisa melihat Juli dengan jelas, atensi pria itu sama sekali tidak terlepas dari Juli yang saat ini tengah mengusap batu nisan disana.

Entah kenapa, tapi langit tiba-tiba saja menggelap. Seolah langit tahu jika sekarang ada manusianya yang tengah menangis. Bahkan suara gemuruh pun terdengar nyaring.

Sagara terdiam ketika ia melihat Juli tengah terisak disana, lalu tanpa menunggu lama, Sagara langsung saja turun dari mobil dengan membawa payung, takut jika nanti hujan tiba-tiba saja turun. Dan benar, baru saja Sagara keluar, rintik hujan tiba-tiba saja turun, membuat Sagara segera berlari menghampiri Juli.

“Jangan nangis sendirian, hujan, Jul. ayo ke mobil lagi ….”