Jangan Gitu

Dengan perasaan takutnya, Rechan segera menghampiri Amingyu yang memang berada di kontrakan miliknya

Sejak perjalanan menuju kontrakan, Rechan tidak henti-hentinya merapalkan doa, berharap ia tidak di eksekusi oleh kakaknya.

“Duduk,” ucap Mingyu pada Rechan.

Rechan hanya cengengesan “naon atuh aa ih” ucapnya.

Mingyu menghela napasnya “Kenapa Echan bohong ke aa?” Ucap Mingyu pada Rechan.

“Ih da Echan mah gak bohong,” ucap Rechan.

Lagi-lagi Mingyu menghela napasnya “Kenapa bohong?”

“Ih gak bohong aa” ucap Rechan mengelak.

“Echan.”

“Gak bohong”

“Chan.”

Rechan menghela napasnya “Ya atuh maaf a,” ucap Rechan menunduk.

“Biar apasih Echan bohong gitu ke aa?” Tanya Mingyu.

Rechan diam.

“Echan ....” ucap Mingyu, ia lalu mendekat pada Rechan.

“Aa mah gak bisa marah lama-lama sama Echan. Aa kesel banget tapi,” ucap Mingyu.

Rechan menunduk.

Jujur saja, Rechan tidak berniat ingin membohongi kakaknya seperti tadi. Ah tapi namanya Rechan, tetap saja. Dia itu anak pecicilan yang kadang jalan pikirnya tidak terduga.

“Echan, jangan bohong kayak tadi lagi. Kalau uang abis kan bisa bilang ke aa, ke mamah atau ke si ayah,” ucap Mingyu.

Rechan menatap kakaknya itu, ia lalu terkekeh pelan saat menatap Mingyu.

“Hehe, maafin adek atuh a,” ucapnya.

Mingyu menghela napas.

“Ya, aa maafin.”

“Asal balikin duit.”

Rechan bangkit dari duduknya”

“Bentar ....” ucap Rechan.

Baru saja Mingyu tersenyum, wajahnya kembali muram saat Rechan tiba-tiba saja berlari keluar.

HAMPURA A BUAT RECHAN WE DUITNYA, BABAY!” Teriaknya sambil berlari.

“RECHAN ANJING!”