Ini Ayah
Tanpa pikir panjang, Haikal langsung menancapkan gasnya pulang ke rumah. Tak peduli dengan pekerjaan yang tengah ia selesaikan.
Butuh waktu beberapa menit untuk Haikal sampai di rumah, hingga akhirnya ia herhenti tepat di depan rumah miliknya itu.
Buru-buru Haikal turun dan berlari ke dalam rumah.
“TA!” Teriak Haikal.
Tidak ada jawaban.
Haikal mencari Ralita ke setiap sudut ruangan.
“TA DIMANA?” Teriak Haikal lagi.
Haikal sedikit panik karena tidak mendapat jawaban dari Ralita. Kemudian ia meraih ponselnya dari dalam saku celananya.
Belum sempat Haikal menekan tombol, tiba-tiba saja ia dikagetkan oleh Ralita yang sejak tadi bersembunyi dibalik gorden.
“DOR!”
Haikal terlonjak kaget, membuat Ralita tertawa melihat ekspresi wajah Haikal.
Haikal menoleh, mendapati Ralita yang tengah tertawa. Haikal merengut kemudian ia menarik Ralita ke dalam pelukannya.
“Aku panik kirain kemana,” ucap Haikal dalam pelukan itu. Sedankan Ralita ia masih saja tertawa.
“Haha, maaf. Aku barusan ngumpet,” ucap Ralita.
Haikal menenggelamkan wajahnya di leher Ralita, menyesap aroma tubuh perempuan itu.
“Ta ....” ucap Haikal pelan.
“Hmm?”
“Beneran?” Kini Haikal menangkup wajah Ralita.
“Apa?”
Haikal mengarahkan pandangannya ke perut Ralita, kemudian tangannya bergerak mengusap perut rata itu.
“Disini, di perut kamu ada anak aku?” Tanya Haikal tidak percaya.
Ralita terkekeh kemudian ia mengangguk. “Iya sayang ada,” ucap Ralita lembut.
Haikal kemudian menjatuhkan air matanya, menangis di hadapan Ralita. Ia lalu kembali memeluk istirnya itu.
“Loh? Kok malah kamu yang nangis sih?” Ralita tekekeh mendengar isakan Haikal yang terdengar seperti anak kecil.
“Seneng ....” lirih Haikal di tengah isakannya.
Lagi-lagi Ralita tertawa, namun ia juga menjatuhkan air matanya.
“Iya, disini udah ada anak kamu,” ucap Ralita yang entah mengapa semakin membuat haru.
Haikal berlutut, mensejajarkan tubuhnya agar bisa bertatapak dengan perut milik Ralita.
Haikal kemudian menempelkan telinganya pada perut itu.
“Halo, ada orang di dalam?” Tanya Haikal seolah ia tengah mengetuk pintu. Membuat Ralita tertawa.
“Ih belum gede, gak bakal bisa jawab.”
Haikal terkekeh. Kemudian lelaki itu mengusap sayang perut Ralita.
“Adek .... ini ayah, coba di denger suara ayah ya.”
Haikal mengecup perut itu, membuat Ralita mengusap pucuk kepala Haikal sambil tersenyum.
Haikal menengadah menatap Ralita, sedetik kemudian ia kembali berdiri dan memeluk Ralita.
“Makasih ya, makasih banyak ....”
Ralita tersenyum dalam pelukan itu.
“Selamat jadi ayah, anak baik.”