I love you.

“Ok, do whatever you want, I'm yours.”

Deva semakin mengikis jaraknya, lantas perempuan itu memejamkan matanya.

“Gue sayang sama lo Dev, hehe …”

Deva menempelkan keningnya dengan perempuan itu, lantas Deva menatapnya sejenak.

Mima membuka matanya sedikit.

“Dev …,”

Deva hanya tersenyum tipis lantas ia berbisik pada Mima.

“Bukan lo yang gue mau, Mim.”

“Bukan lo yang gue mau. Sampai kapan pun gue cuma mau Zeya …,” bisiknya.

Mima hanya terdiam ketika tiba-tiba saja Deva menjauhkan tubuhnya dari Mima.

Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Deva kemudian meraih sebuah jaket dari belakang kursi penumpang.

“Gak usah kayak gini Mim, lo baik, lo gak pantes ngelakuin hal kayak gini.”

Mima hanya menatap Deva kemudian ia terisak pelan.

“Dev tapi gue sa—“

“Keluar Mim,” ucap Deva.

“Dev …”

“I LOVE YOU DEV I LOVE YOU SO MUCH!

Mima meraih jemari Deva namun lelaki itu menepisnya.

“Please …”

“Keluar Mima.”

“Denge—“

“GUE BILANG KELUAR YA KELUAR!” Teriak Deva yang akhirnya membuat Mima mau tidak mau keluar dari mobil itu.

Tanpa pikir panjang, Deva langsung menancapkan gasnya meninggalkan Mima sendirian di sana.

Mima menangis menyaksikan Deva yang sudah pergi.

“DEVA ANJING!” Teriaknya yang kemudian menjatuhkan tubuhnya dan menangis sambil memeluk jaket pemberian Deva.

Mima kemudian mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan beberapa pesan pada Zeya.