Happy For You.
Perempuan itu menatap cermin dengan sangat lekat. Ia merapikan beberapa helai rambut dan riasan yang ia pakai.
Hari ini, ya?
Jujur saja, jantung perempuan itu benar-benar berdetak tidak karuan. Lantas perempuan itu pun menarik napasnya dalam.
“You can do it,” gumamnya pada dirinya sendiri.
Ponselnya tiba-tiba saja berbunyi menampilkan sebuah pesan dari Pragia. Buru-buru ia keluar dan menghampiri Pragia.
Terlihat lelaki itu tengah tersenyum dan bersandar di mobil warna putih dengan setelan jaz hitam.
Lesung pipinya pun terlihat jelas.
“Maaf lama,” ucap Sena.
Pragia hanya mengangguk dan mempersilahkan Sena untuk masuk.
“Ayo, udah ditungguin,” ucap Pragia membuat Sena terkekeh.
Selama perjalanan Sena terus saja mengepalkan tangannya. Menyadari keresahan Sena, Pragia pun bergerak untuk mengusap tangan perempuan itu.
“Gapapa, take a deep breath,” ucap Pragia sambil fokus menyetir.
Sena hanya mengangguk dan mencoba menstabilkan napasnya.
Butuh waktu hampir lima belas menit hingga akhirnya Sena dan Pragia sampai ke tempat itu, tempat dimana hari ini acara berlangsung.
Terlihat banyak sekali orang di sana, kemudian mereka berdua pun masuk.
Kedatangan Sena pun langsung di sambut oleh keluarga Raka.
“Cantik sini duduk,” ucap Mama Raka membuat Sena langsung menghampiri dan tersenyum.
“Maaf ya, Ma, lama.”
Mama hanya mengangguk dan tersenyum. “Gapapa sayang,” ucapnya.
“Cantik banget anak mama ini,” ucap Mama lagi pada Sena membuat Sena tersipu malu.
Netra Sena bergerak menelisik setiap sudut ruangan itu, sampai akhirnya ia melihat Raka sedang duduk di sebuah kursi sendirian.
Sena tersenyum, lelaki itu terlihat sangat baik.
Demi apapun, jantung Sena benar-benar kembali tak karuan.
Mama menoleh pada Sena yang tengah menunduk, lantas wanita paruh baya itu mengusap jemari Sena.
“Are you okay cantik?” Tanya Mama pada Sena membuat Sena mengangguk.
“Oke! Aku cuma degdegan, hehe,” jawab Sena.
Saat sedang memandangi sekitar, tiba-tiba saja terdengar suara musik dan MC, sepertinya acara akan di mulai.
Semua orang tepuk tangan ketika mendengar sebuah pembukaan dari MC itu. Semua orang juga dibuat tertawa oleh lelucon singkat yang diberikan.
Sejak acara di mulai, mata Sena tak lepas dari Raka.
“Untuk sodara Abhimana Raka Pratama, dipersilahkan,” ucap MC membuat Raka berdiri di hadapan tamu.
Semua orang di sana bertepuk tangan dengan meriah.
“Ekhem …”
Sena tersenyum melihat Raka berdiri di sana.
“Tes, tes …”
Raka terkekeh pelan.
“Kayaknya langsung aja, ya? Soalnya saya gak pandai merangkai kata,” ucap Raka membuat semua orang tertawa.
“Sebelumnya, disini saya mau mengucapkan terima kasih untuk semua orang yang sudah hadir di acara saya hari ini.”
Netra Raka bergerak memperhatikan para tamu.
Sena masih setia tersenyum.
“Rasanya baru kemarin saya lulus kuliah, tapi seakrang saya berdiri disini. Berdiri untuk memulai sesuatu yang baru,” ucap Raka.
“Sebelumnya, terima kasih Ma, Pa, dan semua orang di sini, yang sampai sekarang selalu support saya. Termasuk perempuan yang saya cintai,” ucap Raka membuat Sena lagi-lagi tersenyum.
Mama menoleh pada Sena dan menggenggamnya.
Mata Rala bergerak, kemudian ia menatap Sena yang tengah duduk.
Terlihat di sana Sena mengangguk dan tersenyum pada Raka.
Raka menarik napasnya dalam.
Hening sejenak.
“Tujuan saya berdiri di sini sekarang, karena saya ingin mengatakan sesuatu hal penting untuk perempuan kesayangan saya.”
Perempuan kesayangan saya
Lagi-lagi Sena tersenyum.
Raka kembali menghela napasnya.
Lelaki itu lantas menatap perempuan yang ia maksud.
“Sheila Putri Mahardika,” ucap Raka membuat perempuan yang sejak tadi duduk berdiri dan menghampiri Raka.
“Disini, saya … Abhimana Raka Pratama ingin melamar kamu, Sheila Putri Mahardika sebagai tunangan saya,” ucap Raka membuat semua orang di sana bertepuk tangan termasuk Sena.
Jantung Sena mencelos ketika mendengar ucapan Raka kemudian tanpa sadar ia menjatuhkan air matanya.
Selamat, Selamat Raka
Sena bertepuk tangan dengan kencang ketika dua insan di hadapannya saling bertukar cincin.
Mama memperhatikan Sena yang diam-diam menangis.
“Maaf, ya, nak?” Ucap Mama membuat Sena mengangguk.
“Gapapa Mama …,” ucap Sena tersenyum.
Sena menarik napasnya dalam.
“Happy engagement, Raka!” Sena berteriak membuat Raka menoleh dan tersenyum.
“I’m happy for you, Ka,” gumam Sena.
Sena tersenyum bangga ia mengacungkan jempolnya lantas tak lama setelah itu Sena memilih keluar untuk sekedar mencari udara segar.
Sena menarik napasnya dalam, kemudian ia mengusap air matanya ketika sampai di luar gedung itu.
Tiba-tiba saja seseorang mengacak rambut Sena pelan membuat perempuan itu terkejut.
“Katanya gak bakal nangis,” ucap lelaki itu membuat Sena tertawa pelan.
“Nangis haru,” jawab Sena.
Pragia—lelaki itu pun hanya bisa terkekeh pelan, ia kemudian menarik Sena ke dalam pelukannya.
“It’s okay, kamu gak pernah sendirian,” ucap Pragia.
Sena lagi-lagi terkekeh. “Iya, ada kamu,” ucap Sena.
Pragia lantas tertawa dan kemudian ia mengecup pucuk kepala perempuan itu.
Sena memeluk erat Pragia.
“Makasih ya …”
Pragia mengangguk. “I love you so much.