Hadiah Dari Papa

“PAH SUMPAH INI PAPA YANG NYIAPIN SEMUANYA?!” Ucap Najendra yang terkejut saat papanya menyewa sebuah restoran di pinggiran pantai.

Dirga tersenyum saat melihat senyum bahagia dari anak-anaknya “Iya, seneng gak? Papa sengaja nyewa tempat ini”

“Yu makan dulu” ucap Dirga

Sore itu Dirga dan juga kedua anaknya tampak sangat bahagia, baik Arjeno maupun Najendra mereka bercerita banyak pada Dirga mengenai hari-hari mereka. Ariel yang memang ikut bergabung karena permintaan Dirga dan juga anak-anaknya hanya tersenyum saat mendengar celotehan yang terdengar. Mungkin orang-orang yang melihat berpikir bahwa sedang ada sekumpul keluarga kecil bahagia yang sedang tertawa bersama disana.

“Maafin papa ya kalau papa jarang di rumah, jarang ada waktu main sama kalian papa nyesel tapi papa juga gak bisa ninggalin kerjaan papa” ucap Dirga.

“Gapapa pah, abang sama kakak ngerti kok, kan kita juga gak pernah minta aneh-aneh ke papa, yang penting papa sehat itu aja udah cukup buat abamg sama kakak” ujar Arjeno si sulung.

Dirga mengacak pelan pucuk kepala anak lelakinya itu “Papa seneng kalian bisa ngertiin papa”

“Kak Ariel kok diem aja sih?” Sahut Najendra.

Ariel hanya tersenyum lalu mengacak pelan rambut Najendra “kan kalian lagi ngobrol, lagian saya kesini di ajak papa kalian jadi saya gak tahu apa-apa haha” ucapnya.

“Eh, gimana tadi ujiannya? Bisa kan?” Tanya Ariel pada Arjeno dan Najendra.

“Bisa dong kan pinter” ucap Najendra

Ariel hanya terkekeh “Syukurlah kalau kalian bisa” ucap Ariel

Lalu hening untuk beberapa saat.

Oh jika kalian pikir ini hanya rencana dadakn Dirga kalian salah, bahkan Dirga sudah merencanakannya dari jauh-jauh hari.

“Pah jadi kesini cuma mau makan aja?” Ujar Arjeno bertanya pada Dirga.

“Bukan”

“Terus?”

Entah mengapa Dirga sangat gugup, padahal sebelumnya dia sudah merencanakan ini dengan sangat matang.

Dirga menghela napas “Papa bawa kalian kesini karena papa mau ngasih kalian hadiah, yang pertama ini, papa ngajak kalian makan kesini karena papa tahu, kita sudah lama tidak berkumpul dan makan enak seperti ini, lalu hadiah kedua nanti bisa kalian check pas sampai di rumah lalu yang ketiga...” Ucapan Dirga terhenti.

Lelaki itu menunduk dengan jantung yang berdegup sangat kencang, lelaki itu menghela napas lalu berdiri.

“Ariel coba berdiri” ucapnya pada Ariel.

Ariel hanya menuruti perintah atasannya itu “iya pak kenapa?” Ucapnya.

Lagi-lagi Dirga menghela napas.

“Ariel saya minta maaf kalau misalkan ini terkesan mendadak bagi kamu, tapi saya sudah tidak bisa menyembunyikannya lagi”

“P-pak?”

“Diem.” Ucap Dirga

“Ariel, jika saya mengatakan saya mencintai kamu apa kamu percaya?”

“P-pak?”

Disisi lain Arjeno dan Najendra hampir tersedak saat mendengar ucapan Papanya itu.

“Saya tahu dan saya paham kalau selama ini saya tidak pernah memberi sedikitpun perhatian sebagaimana seorang lelaki yang sedang berjuang mendapatkan perempuannya. Tapi jika saya beneran tidak berbohong.”

“Aduh pak bentar pusing” ucap Ariel

“Diem saya beresin dlu”

Dirga menghela napas “Ariel, selama ini saya diam-diam memperhatikan kamu, awalnya saya juga tidak pernah sedikitpun terpikir jika saya akan merasakan jatuh cinta kepada kamu. Alasan saya merasakan ini karena saya suka saat kamu tersenyum, saya suka saat kamu memperlakukan karyawan lain dengan hangat, saya suka saat kamu selalu meminta maaf ketika ada kesalahan kecil yang bahkan tidak perlu dipermasalahkan, saya suka ketika kamu selalu mengucapkan kalimat menenangkan kepada saya di saat saya sedang stress dengan urusan kantor, ya walau mungkin kamu hanya berpikir itu tugas kamu sebagai sekretaris terhadap atasannya tapi tidak dengan saya”

“Dan kamu tahu apa yang membuat saya semakin yakin jika saya benar-benar mencintai kamu? Saat kamu memperlakukan kedua anak laki-laku saya seperti seorang ibu, cara kamu menatap anak-anak saya, cara kamu bicara, cara kamu mengusap dan bahkan mampu membuat Arjeno percaya dan menceritakan suatu hal pada kamu.”

Entah mengapa Ariel berkaca-kaca saat mendengar setiap kata yang di ucapakan oleh Dirga.

“Ariel maaf jika ini terlalu cepat tapi, saya ingin menjadikan rumah untuk saya dan anak-anak saya, saya ingin menjadi seseorang yang bisa kamu andalkan, saya ingin masuk dan menenpati ruang itu di hati kamu. Gapapa, gak perlu di jawab sekarang, saya tahu kamu butuh waktu, dan jika memang kamu menolak pun saya tidak keberatan, karena saya paham saya hanya seorang ayah tunggal dan juga tidak semua cinta bisa dipaksakan.”

Dirga mengeluarkan sebuah benda dari dalam sakunya “Pegang ini, dan kalau nanti kamu sudah menemukan jawaban yang bisa dipertanggung jawabkan tolong datang dengan memakai benda ini ya? Saya akan menunggu kamu sampai kamu siap menjadi ibu untuk anak-anak saya”

“Pak” ucap Ariel tertunduk.

“M-maaf”

Sungguh, saat ini jantung Dirga berdetak sangat kencang, ia bahkan sudah pasrah jika memang perempuan itu menolaknya.

“I-ya ariel?”

“Maaf banget ya pak? TAPI SAYA GAK BISA NOLAK AAAAAAAA” ucap Ariel lalu memeluk Dirga dengan sangat erat.

“Terimakasih pak Sudah berani mengutarakan semuanya, saya gak peduli sama status bapak, jika memang bapak tulus mencintai saya, saya juga akan tulus belajar mencintai bapak dan juga anak-anak bapak” ucap Ariel

Dirga meneteskan air matanya, hatinya kembali menghangat, perasaan yang sempat mati kini tumbuh kembali.

Dirga lalu menoleh pada kedu anaknya “dan ini hadiah terakhir dari papa untuk kalian..” ucap Dirga

Dalam pelukan Dirga Ariel tersenyum “abang kakak ayo sini peluk”

Najendra dan Arjeno segera beranjak dan kini saling memeluk satu sama lain.

“Terimakasih” ucap Dirga berbisik pada Ariel