Gue bilang juga apa
Arjeno dan Najendra baru saja sampai di arena, tempat dimana Arjeno dan yang lainnya berkumpul.
Arjeno menghampiri teman-temannya, disana terlihat ada Mike, Herry, Hanan dan juga yang lainnya.
“Jen” teriak Hanan pada Arjeno.
“Gimana? Udah disiapin?” Tanya Arjeno pada teman-temannya.
Mike mengangguk “dah beres, tapi lo beneran mau ?” Tanyanya pada Arjeno
Arjeno mengangguk “Iya”
“Bang, lo seriusan?” Tanya Najendra pada Arjeno
“Iya kak, lobtenang aja”
“Tenang gimana anjing, lo mau balap emang gua gak khawatir? Tai lo”
Hanan memegang pundak Najendra untuk menenangkannya “Kalem Dra”
“Ah anjing, lagian siapa sih hah? Si Izza? Sialan” umpat Najendra.
Saat mereka tengah berbincang tiba-tiba beberapa orang menghampiri Arjeno
“Weeh bang, dateng beneran?” Tanya orang itu.
“Gue bukan abang lo Izza” ucap Arjeno dingin tanpa menatapnya
“Mau lo apa si anjing?!” Sahut Najendra sambil mendekat ke arah Izza namun di tahan oleh Hanan dan juga Herry
“Eits, kalem kak. Gue cuma mau silaturahmi aja sama abang gue” ucap Izza
“Dia bukan kakak lo ya sat” ucap Najendra sambil mengepalkan tangannya.
Izza hanya terkekeh lalu menepuk pundak Arjeno “lo pasti kalah, liat aja” bisik Izza sebelum menjauh darisana.
Dalam diam Arjeno mengepalkan tangannya, emosinya sudah tertahan.
“Siapin semuanya mulai aja skrg anjing” umpat Arjeno lalu pergi untuk bersiap.
Najendra memperhatikan punggung kakaknya, entahlah perasaannya sungguh sangat tidak tenang, Najendra lalu menghampiri Arjeno.
“Bang please, lo gak boleh luka ya? Lo menangin ini please jangan sampe lo kenapa-napa” ucap Najendra pada Arjeno
Arjeno mengacak kepala adiknya itu “iya lo tenang aja kak, gue pasti menang kok. Gue janji gak bakalan luka sedikitpun, lagian motornya udah di check kok aman” ucap Arjeno meyakinkan sebelum akhirnya pergi ke arena untuk memulai balapan ini.
Entahlah, bahkan Arjenopun tidak yakin, ia akan berhasil atau tidak. “Maafin abang, kak” gumamnya yang kini tengah berada di atas motornya untuk bersiap.
Terlihat banyak orang berdatangan ke arena malam ini, ia hanya berharap bisa menyelesaikan keinginan saudara tirinya itu dengan selamat.
Terdengar suara musik yang sangat keras, lalu didepan sana ada satu orang yang sedang memegang bendera dan juga peluit.
“Arjeno, semoga berhasil” ujar Izza sedikit berteriak yang memang berada di samping Arjeno.
Arjeno hanya menoleh pada Izza
“Oke, kita mulai” teriak seseorang di depan sana.
“Tiga... Dua... Satu... PLUITTT”
Arjeno langsung saja menancapkan gas dengan kecepatan penuh, pada awal start ia tertinggal dari Izza. Areno geram, ia sangat-sangat tidak suka kalah.
Dengan emosi yang tertahan ia terus berusaha menyusul Izza yang berada di depannya.
“Bangsat” umpat Arjeno dari balik helm
Satu putaran terlewati, Arjeno masih saja gagal menyusul Izza, ia makin geram saat mendengar teriakan dari teman-teman Izza.
Arjeno semakin menambah kecepatannya, sedikit lagi ia bisa menyusul Izza, namun tiba-tiba saja seseorang didepan sana menghamburkan oli ke jalanan, membuat motor yang di kendarai Arjeno kehilangan kendali.
BRUK
Terdengar suara dentuman yang sangat keras, membuat semua orang berlari menuju suara itu termasuk Najendra. Lelaki itu berlali seperti orang gila.
“Gak gak ini bukan Abang” gumam Najendra sambil berlari.
Namun sayangnya perasaan Najendra benar terjadi, ia melihat Arjeno dan Izza tergeletak di arena.
“ABANGGG” teriak Najendra.
Arjeno berusaha bangkit namun gagal, kepalanya sangat sakit, tangan dan kakinya juga sakit, penglihatannya buram.
“BANGG” uvap Najendra yang kini tengah berusaha membuka helm Arjeno.
Sial, kepala Arjeno terbentur hingga mengeluarkan darah, tubuhnya penuh luka, tangganya patah.
Najendra menangis sambil menopang kepala Arjeno “GUE BILANG JUGA APA ANJING!!” Teriak Najendra sambil menangis.
“KENAPA LO INGKAR BANGSAT?! UDAH GUE BILANG LO HARUS SELAMAT JANGAN SAMPE LUKA. BISA-BISANYA LO BOHONG!!!” Teriak Najendra frustasi.
Dalam keadaan setengah sadar Arjeno berusaha mengusap air mata adiknya itu “M-maafin a-abang kak.” Uvapnya lemah
“Bang please tahan, bentar lagi ambulance nyampe, tolong tetep sadar” ucap Najendra terisak
“A-abang s-sayang s-sama k-kakak s-sama p-papa, m-maafin a—“
“ABANG BANGUN BANGG” teriak Najendra saat Arjeno tiba-tiba saja memejamkan matanya.
Najendra beranjak lalu menghampiri Izza yang kini tengah terduduk menahan luka yang ia dapat.
“BANGSAT LO ANJING!” Ucap Najendra
BUKKK!!
Najendra mengantamkan satu pukulan pada Izza
“BANGSAT! TANGGUNG JAWAB LO ANJING!!!”
“LIAT KAKAK GUA ANJING, GARA-GARA LO” teriak Najendra sambil terus menghantamkan pukulan pada wajah Izza
Hanan dan Herry segera menarik Najendra darisana “UDAH ANJING!” Teriak Herry
Najendra frustasi ia menangis, ia marah.
“Liat aja lo anjing kalo sampe abang gua kenapa-napa” ucap Najendra sambil menunjuk ke arah Izza sebelum akhirnya pergi darisana.
Izza hanya terkekeh “Gua gak takut”