Gue Benci
Arjeno benar-benar kalut, ia buru-buru mengendarai motornya agar cepat sampai di rumah.
“Bego” gumamnya merutuki dirinya sendiri sepanjang perjalanan
Tak butuh waktu lama Arjeno sampai di rumah, ia segera masuk ke rumahnya dan menemukan Najendra sedang duduk di sofa ruang tengah.
“Jen...”
Najendra hanya menoleh dengan tatapan tak suka
“Ayo ke papa, mumpung belum sore”
“Gak usah”
“Sumpah gue lupa”
“Ayo ke papa sekarang”
“GUA BILANG GAK USAH YA GAK USAH NJING”
Arjeno terdiam, baru kali ia Najendra membentaknya dengan sangat keras
“Lo mikir gak su anjing hah? Lo ninggalin gue di kampus dari siang, lo lupain janji kalo kita mau jenguk papa dan lo disana malah asik sama cewek? Lo bangsat tau gak?”
“Hebat ya? Lo bilang lo gak kenal sama tu cewek, tapi kayaknya lo lebih dari kenal deh sama cewek gajelas it—“
“ANJING! DIA BUKAN CEWEK GAK JELAS!” Satu pukulan mendarat di pipi sebelah kanan Najendra membuat ia meringis
Najendra memegang pipinya lalu menatap Arjeno dengan tatapan benci
“Lo nonjok gue bang? Sejak kapan lo nonjok adek lo sendiri?”
Arjeno berusaha mengatur emosinya, tidak, seharusnya ia tidak seperti ini.
“JAWAB ANJING! LO NONJOK GUE? LO NONJOK GUE CUMA GARA-GARA CEWEK GAK JELAS ITU? GUA ADEK LO ANJING!”
Entahlah Arjeno sangat tidak suka ucapan Najendra dan lagi-lagi ia mendaratkan pukulan ke wajah Najendra
“DIA BAIK ANJING” ucap Arjeno meninggi sambil memukuli Najendra
Arjeno bangkit, lalu menjauh dari sana, ia takut jika emosinya malah semakin membuat kondisi adiknya itu semakin parah
Najendra bangkit dengan susah payah, ia lalu melangkahkan kakinya keluar rumah
“LO ANJING! GUE BENCI SAMA LO JENO, ENYAH LO!” Ucap Najendra sebelum keluar dan membanting pintu rumahnya
Arjeno memukuli kepalanya sendiri
“Jeno, lo bego anjing” gerutunya