Genggam.
Hari ini, ya? Hari dimana dua manusia itu bersatu dalam satu ikatan resmi, yaitu pernikahan.
Tidak ada orang lain lagi selain mereka.
Agam, Ocean, Farhan, dan juga Ranu—Ayah Agam. Serta beberapa orang di sana yang mempersiapkan jalannya acara.
Tidak seperti orang-orang pada umumnya. Bahkan acara pernikahan ini jauh dari acara pernikahan impian mereka.
Tidak ada tamu undangan, tidak ada dress, jas, souvenir, dan dekorasi yang cantik pun tidak ada. Hanya ada Ocean, Agam yang duduk bersebrangan dengan wali nikah serta saksi.
Jangankan dress dan jas. Ocean datang hanya mengenakan kemeja putih dan Agam pun sama.
Bukan, bukan karena Agam dan Ocean tidak mampu untuk menggelar acara mewah. Hanya saja menurut Ocean, lebih baik dilakukan hanya oleh mereka saja. Meskipun jaug di dalam lubuk hati Agam. Ia tidak ingin seperti ini. Hanya saja, Ocean meminta.
Perempuan itu mengatakan supaya jangan banyak orang yang tahu. Ia tidak ingin membuat Agam malu. Padahal sebenarnya yang Agam inginkan adalah memamerkan pada dunia jika sekarang Ocean resmi menjadi miliknya.
Ocean menyembunyikan ini dari semua orang, termasuk Jaydan, Ekhnat dan juga Agnes.
Agam menoleh pada Ocean yang duduk di sampingnya. Kemudian matanya beralih menatap perut Ocean yang memang masih terlihat rata.
Di hadapan Agam ada Farhan—Ayah Ocean yang sudah bersiap.
Agam menghela napasnya panjang, membuat Ocean menatapnya.
Ocean tersenyum dan mengangguk.
“Saya terima nikah dan kawinnya Alula Oceana binti Farhan Alfarizi, dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!” Agam mengucapkan kalimat itu dalam satu kali tarikan napas.
“Sah!” ucap salah seorang saksi.
Farhan menunduk dan kemudian ia berusaha menatap putrinya.
Ocean menatap Farhan kemudian tanpa sadar ia menangis. Ocean merasa bersalah sebab ia sudah mengecewakan Farhan.
Agam menoleh pada Ocean, kemudian ia memeluk Ocean. “Jangan nangis, maaf, dan makasih banyak,” ucap Agam pelan sambil mengusap kepala perempuan itu.
Saat tengah memeluk, pundak Agam ditepuk oleh sang Ayah, membuat lelaki itu menoleh.
Ranu tidak mengatakan apapun, hanya ada helaan napas darinya kemudian tak lama ia pun beranjak meninggalkan Agam. Tidak ada ucapan pamit atau pun kata selamat.
Ranu kecewa pada Agam. Tapi meskipun begitu, ia masih berusaha tetap ada untuk putranya itu.
Alih-alih mengutamakan ego akan kekecewaan seperti istrinya, Ranu dengan lapang dada datang menemani Agam meminang Ocean.
Begitu juga dengan Farhan, sebesar apapun rasa kecewanya, ia tidak akan pernah membiarkan Ocean sendirian.
Ocean masih menunduk dan menangis, kemudian Agam kembali memeluknya.
“Kita harus bahagia ya, Ce. I’m here, I’m here.”
Ocean mengeratkan pelukannya pada Agam.
“Jadi orang tua yang baik buat anak ini ya, Gam. Aku percaya kamu,” bisik Ocean pada Agam membuat lelaki itu mengangguk lantas ia pun melepas pelukannya, menatap Ocean, lalu mengecup kenjngnya.
Pandangan Agam beralih pada Farhan, dan sedetik kemudian ia beranjak memeluk Farhan.
“Ayah, terima kasih sudah mengizinkan saya menikahi putri Ayah. Saya janji, kalau nanti saya dan Ocean akan jadi orang tua yang baik.”
Farhan menghela napasnya kemudian ia beranjak. “Iya, saya pegang omongan kamu,” ucapnya.
Lalu, mulai hari ini, hari dimana kedua insan itu resmi menjadi suami istri, di dalam hati masing-masing mereka berjanji.
Janji untuk saling menjaga. Janji untuk saling menggenggam satu sama lain. Dan janji untuk menjadi orang tua yang baik, menebus rasa bersalah atas apa yang sudah terjadi pada diri mereka.