Gak Adil
Napas anak itu tercekat ketika membaca balasan dari sang kakak perihal dirinya yang akan dibelikan motor oleh papa dan mama.
Entah kenapa, tapi kali ini Bumi rasanya ingin sekali protes pada kedua orang tuanya.
Kenapa hanya kakak?
Bumi beranjak dari duduknya, berniat keluar dari kamarnya dan berharap bertemu dengan papa dan mama.
Perlahan ia menuruni anak tangga, langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara obrolan dari ruang tengah.
Sepertinya mereka sudah pulang.
Bumi memberanikan diri untuk menghampiri mereka. Namun belum sempat Bumi mendekat, lagi-lagi langkahnya terhenti ketika ia mendengar suara sang kakak disana.
Mereka sedang berkumpul ternyata. Tanpa Bumi.
Anak itu tersenyum, kemudian menarik napasnya dalam, dan memberanikan diri untuk mendekat.
Ia melangkahkan kakinya perlaham, sampai akhirnya sang kakak menyadari kehadiran Bumi.
Bumi tersenyum, begitu juga Azri.
“Adek. Sini!” ucap Azri sambil menepuk tempat kosong di sebelahnya membuat Johan dan Clarissa menoleh.
Bumi tersenyum kemudian ia menghampiri dan duduk di sebelah Azri.
Bumi melirik Clarissa sekilas, terlihat raut wajahnya yang enggan menatap Bumi. Sedangkan Johan, ia hanya menatap Bumi datar.
Belum sempat Bumi ikut menimbrung. Azri sudah lebih dulu angkat bicara.
“Benerkan, Ma, Pa? Kakak mau dibeliin motor? Adek dibilangin gak percaya sih,” uvap Azri membuat Bumi menatapnya.
Clarissa tersenyum, kemudian tangannya mengusap pucuk kepala Azri lembut.
Melihat itu Bumi hanya bisa menahan sesaknya.
Kenapa Mama gak pernah ngusap kepala Bumi, ya
Bumi membuang napasnya pelan, namun sebisa mungkin ia menahan raut wajahnya agar tidak terlihat menyedihkan.
“Iya sayang, nanti mama belikan,” ucap Clarissa.
Demi apapun, Bumi iri mendengar itu.
Bumi hanya anak remaja, wajar jika ia merasa iri. Apalagi mengingat jika selama ini ia selalu dibedakan entah karena alasan apa. Bumi sendiri bahkan tidak mengertiz
Bumi meneguk salivanya, ingin berbicara.
“Ma …,” ucap Bumi pelan.
Clarissa hanya berdetak tanpa menatap.
“Bumi gak dibeliin motor ju—“ belum sempat Bumi menyelesaikan kalimatnya Clarissa sudah lebih dulu beranjak dari duduknya.
“Aduh Mama pusing, gak usah minta aneh-aneh deh, belajar aja yang bener. Contoh kakakmu.” ucap Clarissa.
Bumi menahan napasnya.
“Anak kalian cuma Kak Azri, ya? Bumi emang gak pantes buat disa—“ lagi, ucapannya terpotomg kala Clarissa memilih pergi dari sana meninggalkan Bumi, Azri. Sedangkan Johan, ia hanya terdiam menatap Bumi sejenak sebelum akhirnya berjalan mengikuti Clarissa.
Azri menghela napasnya. “Jangan ngelawan,” ucap Azri kemudian dirinya menepuk pundak Bumi.
“Sabar, nanti ada waktunya,” lanjutnya pada Bumi.
“Kakak keluar dulu, dah,” lanjutnya yang kemudian beranjak dari sana meninggalkan Bumi sendirian.
Bumi lagi-lagi hanya bisa tersenyum.
“Gak adil banget …,” gumam anak itu pelan.