๐—ง๐—ถ๐—ด๐—ฎ ๐—ฃ๐˜‚๐—น๐˜‚๐—ต ๐—˜๐—บ๐—ฝ๐—ฎ๐˜; ๐—ฃ๐—ฎ๐—ฝ๐—ฎ

Dengan cepat Bumi beranjak keluar bangunan itu, setelah membaca pesan dari Papa.

Sesaat setelah pintu terbuka, Bumi melihat lelaki paruh baya yang tengah berdiri di depan pintu dengan wajah lelahnya.

โ€œPapโ€”โ€œ

โ€œAyo pukul papa, ayo marahin papa, ayo maki papa...โ€ ucap Johnny pada Bumi dengan tangisan yang kini terdengar begitu menyakitkan.

โ€œPapa...โ€

Johnny meraih tangan Bumi, lalu ia mengarahkannya seolah-olah Bumi sedang memukulinya. Lelaki itu terisak, ia berteriak, ia menangis dan ia berlutut di hadapan Bumi.

โ€œMaaf, maaf, maafin papa. Harusnya papa selalu ada buat kamu, harusnya papa jadi orang tua yang baik buat kamu. Papa payah, papa gak seharusnya jadi orang tua kamu. Ayo Bumi, pukul papa, tendang papa, siksa papa. Papa gak akan marah sama kamu, papa gak bakal pukul kamu lagi...โ€ Johnny terisak di hadapan Bumi.

Sakit, sakit sekali rasanya. Bumi tidak tahu harus bagaimana, jujur saja ia sangat senang melihat Johnny seperti ini, meminta maaf dan mengakui kesalahannya. Tapi disisi lain, Bumi juga tidak bisa membenci orang ini. Ia menyayanginya, sanhat menyayanginya.

Dengan perlahan, Bumi mensejajarkan tubuhnya dengan Johnny yang sedang berlutut. Bumi merengkuh lelaki paruh baya itu, Bumi memeluknya dengan sangat erat.

โ€œPapa...โ€

โ€œDari dulu, Bumi udah maafin papa. Papa gak perlu kayak gini...โ€

Untuk pertama kalinya selama Bumi hidup, baru kali ini ia merasakan sebuah kehangatan luar biasa saat Johnny tiba-tiba saja berbalik memeluk erat tubuh Bumi, dipeluknya Bumi, di usapnya anak itu dengan lembut.

Bumi menangis dalam pelukan Johnny. Ternyata rasanya seperti ini. Hangat.

โ€œPapa, ternyata rasanya di peluk papa nyaman banget, ya? rasanya, semua luka yang Bumi terima selama ini hilang gitu aja. Papa, nyaman bangetโ€

Johnny mengeratkan pelukannya โ€œmaaf, maafin papa, maafin papa sayang.โ€

โ€œPapa, Bumi suka rasanya, hangat.โ€

โ€œPantes kak Azri seneng di peluk papa, ternyata semenenangkan ini...โ€

Lagi-lagi rasa penyesalan menyeruak ke seluruh ruang di dalam dada Johnny. Bodoh, sangat bodoh. Bisa-bisanya selama ini ia menelantarkan anak luar biasa hebat seperti Bumi.

Johnny melepaskan pelukannya, lalu menatap setiap inci wajah anaknya itu, lalu ia mengecup oelan pucuk kepala Bumi.

โ€œBumi jagoannya papa, Bumi sayangnya papa, maafin papa untuk semuanya, papa nyesel...โ€ Johhny terisak.

Bumi tersenyum, lalu ia menggerakan tangannya untuk menghapus air mata Johnny.

โ€œPapa, kata Senjani, Tuhan punya skenario luar biasa untuk kita. Mungkin memang seharusnya Bumi ngerasain ini dulu untuk bahagiaโ€

โ€œPapa tau gak? Sejak dulu, Bumi selalu mengagumi papa, walaupun papa gak pernah liat dan nganggap Bumi ada. Tapi papa itu hebat, Bumi sayang banget sama papa.โ€

โ€œMakasih ya, pah? Makasih karena udah mau minta maaf, makasih karena udah mau meluk Bumi kayak papa yang selalu meluk kak Azriโ€

โ€œBumi rasa, ini adalah hari paling bahagia buat Bumi, di peluk dan di panggil jagoan sama papa. Makasih ya pah? Bumi sayang sama papa.โ€

Johnny kembali memeluk anak itu, rasanya tidak akan pernah cukup untuk meminta maaf. Semua penyesalannya mencul begitu saja, ia benar-benar menyesal atas perbuatannya selama ini.

Ternyata benar, manusia harus merasakan penyesalan terlebih dahulu sebelum dirinya sadar, bahwa ada orang yang benar-benar berharga untuk dirinya.

Tuhan Pemaaf, Tuhan Maha Baik.

Semoga semesta pelahan mulai memihak.