Dunia Lagi Jahat
“Ayo cerita, Biru kenapa?” Tanya Senjani pada Biru yang kini tengah terduduk di sampingnya.
Biru menghela napasnya “Senja...
“Iya?”
“Kenapa takdir rumit banget, ya”
“Biru ada apa?”
“Ja, tadi aku ketemu papa...”
Senja membulatkan matanya “IH BENERAN???”
Biru mengangguk pelan.
Dari raut wajah Senjani, ia terlihat begitu senang saat mendengar ucapan Biru.
“Terus gimana?”
Biru hanya tersenyum kecut.
“Di peluk papa hangat banget Ja...” lirih Biru.
“Tapi... Rasanya sakit banget”
“Biru...”
“Jadi anak buangan itu sakit banget Ja, aku bahkan gak nyangka kalo ternyata aku gak pernah di inginkan haha”
Senjani terdiam, melihat raut wajah menyedihkan Biru tiba-tiba saja kembali membuat memori di kepalanya memutar kejadian dulu, saat ia melihat betapa hancurnya Bumi. Ini sama, semuanya sama. Ucapan Biru barusan seolah membawanya kembali pada kejadian dulu.
Perempuan itu kemudian menatap teduh lelaki di sampingnya, lalu ia meraih tangan Biru dan mengusapnya.
“Biru, gak ada di dunia ini orang tua yang tega buang anaknya. Mungkin memang ada, tapi Biru, sejahat-jahatnya mereka, pasti mereka punya alasan”
“Denger, kamu bukan anak buangan, kamu itu anugerah Biru. Cuma mungkin dulu, cara pandang orang tua kamu beda”
“Pasti sakit, ya? Di saat kamu berharap akan mendapat kebahagiaan saat ketemu papa kamu, justru kamu malah nemu fakta menyakitkan kayak gini.”
Senjani tersenyum, ia lalu menepuk pelan pundaknya.
“Sini, sandaran disini...” ucap Senjani.
“Gapapa, nangis aja, gak usah di tahan Biru. Mungkin saat ini, dunia lagi jahat sama kamu. Tapi Senja yakin kok, suatu saat kamu bakal nemu bahagia, jangan nyerah sama keadaan, ya?”
Senjani lalu mengusap pelan kepala Biru “gapapa, gapapa, Senja disini Biru, jangan sedih”
Ah, lagi dan lagi, untuk kesekian kalianya, kehadiran Senjani mampu membawa tenang bagi siapa saja yang berada di dekatnya. Tatapan teduhnya, usapan lembutnya, senyum indahnya, seolah itu adalah obat penawar bagi setiap luka.
“Senjani...”
“Iya?”
“Boleh ceritain tentang Bumi?”