Dingin.
Lintang melepaskan helmnya sesaat setelah sampai di sebuah warung pecel ayam kaki lima.
“Bosen banget anjir,” ucap Bintang. Sebab, setiap kali mereka makan bersama, Lintang akan mengajaknya untuk makan disini.
Lintang hanya terkekeh menanggapi ucapan Bintang, “gak usah bawel. Lo juga makan banyak,” ucap Lintang, sedangkan perempuan itu hanya menyerengeh.
“Hehe, bayarin?” Tanya Bintang, yang ditanya hanya mengangguk.
Mereka berdua kemudian masuk. Terlihat juga beberapa orang yang tengah menikmari makanannya.
“Mas, pecel ayam dua porsi ya. Yang satu sambelnya banyakin,” ucap Lintang.
“Siap!”
Lintang duduk di samping Bintang yang tengah fokus pada ponselnya. Kemudian lelaki itu melirik sedikit, membuat Bintang memukulnya pelan.
“Dih, kepo lo,” ucap Bintang sambil menepuk pelan pipi Lintang. Sedangkan lelaki itu terkekeh.
“Simpen hpnya,” ucap Lintang dan langsung dituruti Bintang.
Lelaki itu menatap Bintang sejenak, sebelim akhirnya ia melepas jaket yang dipakainya.
“Gue udah bilang kalo keluar malem tuh pake baju tangan panjang,” ucap Lintang sambil memindahkan jaket dari tubuhnya ke tubuh perempuan di sampingnya.
Bintang menyerengeh, “lagian salah siapa lo buru-buru,” ucap Bintang.
Jemari lelaki itu kemudian bergerak dan menarik pelan pipi perempuan disampingnya. Kemudian ia merapikan helaian rambutnya, membuat Bintang terdiam.
“Iyaa maaf, lain kali pake jaket. Dingin Bin, nanti lo sakit,” ucap Lintang yang kini meraih lengan Bintang untuk ia genggam.
Hangat. Genggaman Lintang terasa hangat.
Bintang tersenyum.
“Pegangin yang kenceng, dingin,” ucap Bintang, memuat lelaki itu semakin mengeratkan genggamannya.