dicintai sebegitu dalamnya

Kata orang, jatuh cinta itu rumit, jatuh cinta sulit, jatuh cinta itu sakit.

Kata orang juga, mencintai itu salah satu hal paling sia-sia yang dilakukan manusia.

Tapi bagi saya, jatuh cinta, dicintai, dan mencintai, bukanlah suatu hal yang buruk semenjak saya mengenal seseorang.

Awalnya saya juga berpikiran jika hal-hal seperti itu hanya akan menyakiti diri sendiri. Tapi ternyata saya salah.

Namanya Tian.

Bastian Agathala, lebih tepatnya.

Tian ini, lelaki yang sudah 2 tahun selalu ada bersama saya.

Dulu, sebelum mengenal Bastian, saya gak pernah mau tau bagaimana rasanya afeksi dari seseorang selain keluarga. Saya juga tidak pernah peduli tentang yang namanya cinta. Tapi, semenjak Bastian secara tidak sengaja masuk ke dalam hidup saya, pandangan saya mengenai hal-hal yang berhubungan dengan cinta, itu berubah.

Bastian ini, secara perlahan membuat saya sadar. Kalau ternyata dicintai memang seindah dan semenyenangkan itu rasanya.

Waktu itu, Tian pernah bilang, “Git, jangan sakit ya. Saya gak suka liatnya,” ucap Tian.

Sederhana memang, tapi entah kenapa, kalimat itu selalu bisa membuat saya merasa dicintai sebegitu dalamnya.

Haha.

Saya juga tidak mengerti, bagaimana bisa saya, perempuan keras kepala dengan mudahnya jatuh cinta pada laki-laki yang sebenarnya bukan kriteria saya.

Terkadang saya tidak mengerti bagaimana cara kerja semesta perihal mempertemukan.

Selama 2 tahun terakhir ini, Bastian selalu bisa membuat saya merasa dicintai lagi dan lagi dengan begitu dalamnya.

Kata-kata sederhana yang selalu Bastian lontarkan benar-benar membuat saya merasa jika saya ini perempuan paling beruntung sebab saya memiliki laki-laki seperti Bastian di hidup saya.

Saya benar-benar takut kehilangan Bastian.

Saya tahu, sangat tahu. Bastian ini sangat mencintai saya, begitupun saya pada Bastian.

Tapi, mau sedalam apa dia mencintai saya, dia tidak pernah menjanjikkan saya apapun perihal bersama.

”Git, saya gak mau ngejanjiin apapun sama kamu.”

”Saya takut Git. Saya takut, jika suatu saat, perasaan yang sekarang saya punya itu berubah tiba-tiba,” Waktu itu Bastian berucap sambil mengusap punggung tangan saya.

”Tuhan itu Maha Membolak-balikkan hati manusia Gita, dan saya takut menjadi salah satu di antara sekian banyak orang yang Tuhan balikkan perasaannya.”

Saya masih ingat sekali, sorot mata ketakutan dari Bastian kala itu yang dengan hati-hati menatap mata saya.

Awalnya saya pikir, ketakutan itu hanya sekedar ketakutan belaka yang akan hilang begitu saja. Tapi ternyata saya salah.

Tepat di tahun kedua, Bastian memutuskan untuk mengakhiri semua rasanya pada saya.

Dia bilang, ”maaf Sagita, saya terlalu payah mempertahankan rasa terhadap kamu, maaf karena saya harus jadi salah satu orang yang Tuhan balikkan perasaannya,” ucap Bastian sambil menunduk kala itu.

Saya hanya bisa tersenyum tipis saat mendengar ucapan dari lelaki yang selama 2 tahun terakhir selalu berhasil membuat saya merasa pantas dicintai sebegitu besarnya.

Saya bertanya pada Bastian, ”kamu mau ninggalin aku, Bas?”

Demi Tuhan, ribuan kali saya merapalkan doa dalam hati. Berharap jawaban yang saya dapatkan itu adalah sebuah gelengan. Tapi lagi-lagi saya salah.

”Saya pamit, ya, Sagita. Saya gak mau nyakitin kamu terlalu jauh kalau semisal saya terus maksa perasaan saya buat kamu”

”Saya ....

”Saya mencintai orang lain Sagita, maaf ...”

Saya masih sangat ingat saat ia mengatakan kalimat itu tepat di hadapan saya. Sorot matanya bahkan terus menghindar.

Waktu itu, saya tidak menjawab apapun. Saya hanya terdiam, berusaha mencerna semua perkataan dari Bastian pada saya. Saya terdiam sampai Bastian benar-benar pergi dari hadapan saya.

Kepergian Bastian kala itu benar-benar membuat saya jatuh sejatuh-jatuhnya.

Saya bahkan tidak pernah berpikir, kalau laki-laki yang mencintai saya sebegitu dalamnya bisa dengan mudah meninggalkan saya hanya karena ia mempunyai perasaan yang baru terhadap orang lain.

Bastian bahkan tidak memeluk saya kala itu. Bahkan saat saya memanggil namanya, ia sama sekali tidak menoleh sedikitpun.

Dan lagi.

Saya kembali tidak mengerti bagaimana semesta bekerja.

Dengan mudah Ia mempertemukkan, dan dengan mudahnya juga Ia memisahkan.

Memang benar kata orang.

Jangan pernah merasa jika dunia selalu berpihak pada kamu, hanya karena kamu merasa begitu dicintai

Namun, meskipun saya sempat merasa begitu hancur karena ditinggalkan. Setidaknya saya paham, bahwa setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan, sekalipun itu dengan seseorang yang amat sangat mencintai kamu.