Skenario Buruk
Benar saja, dengan langkahnyanyang tergesa-gesa, Hanan berjalan masuk ke dalam kamar Bintang, dan tentu saja atas izin ibu kos.
Hanan mengetuk pintu itu beberapa kali hingga akhirnya nemapilkan Bintang yang tengah memakai kaos dan juga celana panjang yang biasa ia pakai.
Hanan tersenyum, kemudian ia merentangkan tangannya begitu melihat Bintang berdiri di hadapannya.
Bintang menatap Hanan heran.
“Peluk Bin,” ucap Hanan yang sedetik kemudian membuat Bintang terkekeh.
“Bilang dong, kaget banget tiba-tiba gitu,” ucap Bintang sedangkan Hanan hanya menyerengeh.
“Gak ah, nanti aja. Sini masuk, bantuin aku packing hehe.”
Hanan hanya menggeleng kemudian ia melangkah masuk mengikuti Bintang.
“Eh ini pisang goreng titipan kamu,” ucap Hanan membuat Bintang menyuruhnya untuk menyimpan kantung kresek berisi pisang goreng itu ke meja.
Hanan menurut, kemudian tak lama ia duduk dinhadapan Bintang yang tengah fokus melipat beberapa pakaian.
Hampir beberapa menit Hanan hanya memperhatikan, hingga akhirnya terdengar suara helaan napas membuat Bintang menoleh padanya.
“Kenapa?” Tanya Bintang.
Hanan hanya menggeleng kemudian ia tersenyum. “Gapapa! Ayo sini aku bantuin,” ucap Hanan yang langsung saja meraih beberapa barany di hadapannya untuk dimasukan ke dalam koper.
Bintang hanya tersenyum. “Makasih, ya, Nan.”
Jujur saja, jauh di dalam lubuk hati Hanan, ia tidak ingin Bintang pergi. Apalagi mengingat jika dirinya dan Bintang masih belum cukup lama menghabiskan waktu bersama.
Berkali-kali Hanan menepis pikiran negatifnya mengenai skenario-skenario buruk yang mungkin saja akan terjadi dikemudian hari.
Hanan takut, sebab ia sangat mencintai Bintang sejak lama. Dan Hanan takut kehilangannya.
Hanan terus saja berusaha mengajak Bintang berbincang saat ini. Berbicara mengenai hal-hal menyenangkan guna menepis ketakutannya.
Dan saat tengah asik bercanda, tiba-tiba saja ponsel Bintang berbunyi membuat dirinya beranjak.
“Bentar ada kirim,” ucap Bintang.
“Kiriman apa?”
“Dari Lintang.”