Cemburu

Waktu menunjukan pukul setengah sepuluh malam. Di halaman rumah itu, 3 orang turun dari mobil berwarna putih.

Gelak tawa terdengar ketika Aciel keluar dari mobil dan digendong oleh Kalingga.

Ocean yang mengikuti dari belakang hanya bisa menggelengkan kepalanya sebab sejak di perjalanan Aciel selalu tertawa bersama Kalingga.

Langkah Ocean terhenti ketika menyadari jika di halaman rumahnya sudah terparkir mobil berwarna hitam.

Napasnya memberat, apalagi ketika Aciel berteriak.

“AYAH!” Teriaknya sambil berusaha turun dari gendongan Kalingga dan berlari menuju arah sang Ayah yang sudah berdiri di ambang pintu masuk.

Lelaki itu mensejajarkan tubuhnya supaya Aciel bisa memeluknya.

Kalingga terdiam sejenak lantas tak lama ia pun berjalan mundur dan segera menggenggam jemari Ocean.

“Aduh jagoan Ayah,” ucap Agam yang terdengar jelas oleh Ocean dan Kalingga.

Agam segera menggendong Aciel.

“Dari mana jagoan? Kayaknya seneng banget,” tanya Agam.

Aciel hanyalah anak kecil. Ia lantas mengangguk kemudian ia menunjuk ke arah Kalingga.

“Iya Ayah, Ciel seneng soalnya tadi Om Papa beliin Ciel sepeda baru, terus diajak makan ke tempat bagus!” Jelas Aciel membuat Agam melirik ke arah Kalingga sehingga membuat lelaki itu tersenyum tipis.

Agam terdiam sejenak kemudian ia segera tersenyum. “Ayah juga punya hadiah buat Ciel, oleh-oleh banyak!” ucap Agam seolah tidak ingin kalah.

“Beneran Yah?” Tanya anak itu membuat Agam mengangguk.

Tanpa basa-basi, Agam pun segera membawa Aciel ke dalam rumah meninggalkan Ocena dan Kalingga.

“Masuk dulu,” ucap Agam tak lama.

Ocean dan Kalingga hanya menghela napasnya.

Ocean melirik ke arah Kalingga. “Maaf ya tiap kali Agam ketemu kamu, dia selalu kayak git—“

“Gapapa,” ucap Kalingga memotong.

Lelaki itu lantas merubah posisinya menjadi berhadapan dengan Ocean.

Jemarinya perlahan bergerak mengusap dan merapikan helaian rambut yang tertiup angin.

“Makasih ya udah mau luangin waktunya,” ucap Kalingga tersenyum.

Ocena mengangguk kemudian ia juga mengusap wajah Kalingga. “Makasih juga udah beliin Ciel sepeda, sama bikin dia seneng. Aku juga makasih karena kamu selalu luangin waktu kamu buat aku sama Ciel,” ucap Ocean.

Kalingga mengangguk. “Iya … gih masuk,” ucapnya, lantas Ocena pun mengangguk.

Kalingga sejenak terdiam sebelum akhirnya ia merentangkan kedua tangannya.

“Boleh peluk dulu?” Tanya lelaki itu.

Ocean terkekeh lantas mengangguk, ia segera mendekap tubuh Kalingga.

“Makasih Ce,” ucap Kalingga.

Dan tanpa Ocena dan Kalingga sadari, dari dalam rumah wajah Agam memerah, tangannya mengepal, napasnya tak karuan, hatinya sesak, ketika ia menyaksikan kedua insan itu berpelukan.

Agam cemburu.