Cantik.
Deva dan Zeya saat ini tengah berada di dalam mobil, berniat mencari tempat makan.
“Mau makan apa?” Tanya Deva.
Zeya menoleh pada Deva. “SATE TAICHAN! Boleh, gak?” Jawab Zeya pada Deva membuat Deva terkekeh.
Jemari Deva bergerak mengacak pucuk kepala Zeya. “Boleh sayang,” balasnya membuat Deva menyerengeh.
Saat ini hubungan Deva dan Zeya hampir berjalan satu bulan. Semuanya baik-baik saja dan semoga akan tetap baik-baik saja.
Jujur saja, bagi Deva, kepribadian Zeya benar-benar berubah. Deva pikir sikap dinginnya akan terus melekat jika mereka sudah berpacaran, namun ternyata tidak. Zeya benar-benar lebih ceria.
Kepala Zeya bergerak bersandar pada bahu Deva yang tengah menyetir.
“Wangi banget,” ucap Deva mengendus rambut Zeya, membuat perempuan itu terkekeh.
“Iyalah, kalau aku bau mana mau kamu sama aku.”
“Mau lah.”
Zeya menatap Deva kemudian berdecak. “Heleh, dusta. Cowok kayak lo mana ada mau sama orang yang bau,” ucap Zeya membuat Deva tergelak.
“Ya emang kamu mau punya badan bau?” Tanya Deva.
“Ya enggak, hehe.”
Deva hanya menggeleng kemudian terkekeh.
Sepanjang perjalanan Deva tak henti mengelus tangan Zeya. Rasanya sangat hangat.
Berkali-kali Deva mengecup tangan Zeya.
Tak hanya itu, obrolan-obrolan singkat pun tak henti. Zeya selalu mempunyai cara untuk mencari topik. Entah itu topik serius atau tentang hal-hal random lainnya.
“Nah sampai,” ucap Deva ketika sampai di tempat sate taichan.
Zeya menghela napasnya sebab tempat itu terlihat penuh.
Deva terkekeh. “Penuh, ya?”
Zeya mengangguk, kemudian terdengar suara perut berbunyi yang lagi-lagi membuat Deva tertawa.
“Haha, yaudah ayo gapapa, itu perut kamu bunyi.”
Zeya hanya menyerengeh.
Deva dan Zeya kemudian bersiap untuk keluar.
Deva memberhatikan Zeya yang tengah merapikan rambutnya dan sedikit memoles bibirnya menggunakan pelembab.
“Cantik banget,” gumam Deva yang terdengar oleh Zeya membuat perempuan itu tertawa pelan.
Gila, Deva benar-benar dibuat jatuh cinta pada Zeya.
“Yuk ah,” ucap Zeya.
“Yang …,” Deva menahan Zeya.
“Apa?”
Deva menatap Zeya sejenak kemudian tanpa aba-aba ia mengecup bibir Zeya sekilas membuat perempuan itu terkejut.
“IH KEBIASAAN!”
Deva terkekeh, kemudian tangannya bergerak megusap kepala Zeya.
“Yuk makan,” ucap Deva sebelum akhirnya mereka pergi ke luar dari mobil untuk makan.