Butuh Kamu

Galen mengubah arah perjalanannya. Setelah pulang dari kediaman orang tua nya, pikiran Galen kacau, ia kalut, amarahnya tertahan.

Galen keluar dari mobilnya dengan langkah yang lemah, ia berjalan menuju tempat yang sedari tadi ia pikirkan.

Lelaki itu terduduk sambil menunduk di depan gundukan tanah. Iya, lelaki itu datang menemui tempat peristirahatan istrinya.

“Andara..” ucapnya lirih

Lelaki itu terdiam sejenak, lalu menghela napas berat “Andara, papa maksa aku lagi” ucap Galen

Entah mengapa ia merasa begitu lemah saat berhadapan dengan istrinya, walau kini hanya terlihat gundukan tanah dan nama saja yang tertulis disana.

Galen memeluk batu nisan itu dengan lemah “Andara, aku harus gimana?”

Tiba-tiba saja gemuruh petir terdengar, lelaki itu memandang langit yang sudah menggelap itu dan tak lama hujan turun dengan cukup deras, mengguyur tubuh lelaki itu.

“Dara, aku butuh kamu, aku harus gimana? Aku capek dar, papa udah dari lama maksa aku semenjak kamu pergi, tapi aku gak mau dara” ucapnya

Lelaki itu terisak “ayah bilang aku harus nurutin kemauan ayah dar”

“Daraa, maafin maafin aku” ucap lelaki itu.

Galen menghela napas “Dara tolong peluk aku sekali aja, tenangin aku dar..” ucapnya lirih