Bumi
Senja diam-diam mengikuti seseorang yang memang sudah ia lihat sejak Senja dan Jani sampai di sebuah taman disana.
Entah kenapa Senjani sangat penasaran dengan orang itu.
Dia Bumi? Dia siapa? Pertanyaan ini selalu saja terlintas di pikiran Senjani.
Saking penasarannya, Senja nekat membuntuti lelaki itu dan Senja memmotretnya diam-diam.
Benar saja, seperti dugannya selama sebulan terakhir ini. Lelaki itu mirip Bumi, percis seperti Bumi. Dari mata, hidung, bahkan senyumnya. Lelaki itu benar-benar seperti Bumi.
Tanpa sadar Senjani berlari menghampiri lelaki itu.
“BUMI!!!” Teriak Senjani.
Perempuan itu tersenyum sambil melambaikan tangannya pada Bumi.
Lelaki itu menoleh pada Senjani.
“Bumi... ini Bumi, kan?” Ucap Senjani yang kini berada di hadapan lelaki itu.
Lelaki mirip Bumi itu mengangkat sebelah alisnya.
“Bumi jawab.. kamu Bumi, kan? Iya, kan?”
“Bumi, sumpah, ini kamu, kan?”
Senjani menggenggam sebelah lengan milik lelaki itu.
“Bumi, ini aku Senja, inget? Ini aku Bumi...” ucap Senjani dengan matanya yang berbinar.
“Bumi ja—“
Lelaki itu melepaskan genggaman Senjani.
“Samudera, nama saya Samudera.”
“Bisa tolong lepaskan? Saya buru-buru”
Senjani terdiam, lalu ia melepaskan genggamannya.
Senjani menggelengkan kepalanya.
Bagaimana bisa? Kenapa ada orang semirip itu? Dari mulai mata, hidung, bahkan suaranya?
Senjani lagi-lagi terdiam. Perempuan itu bahkan tidak bisa mencerna apa yang terjadi sekarang.
Perempuan itu menatap punggung lelaki yang kini menjauh dari pandangannya.
“Kamu bukan Bumi?” Gumamnya.