Berhenti

Senjani melangkahkan kakinya di pinggiran pantai malam itu. Bahkan, udara dingin tidak menghalanginya untuk pergi ke tempat itu.

Entahlah, rasanya sakit sekali, saat ia mendapati pesan dari seseorang tadi.

Biru kenapa? Lagi apa? Dimana?

Hanya itu yang terus saja berputar di kepalanya.

Setelah pernikahannya dengan Biru, kehidupan Senjani benar-benar berubah dari biasanya. Kewajiban sebagai seorang istri sekaligus perempuan karir benar-benar membuat dirinya seperti kehilangan sesuatu.

Ada yang kosong dalam dirinya setiap kali ia sedang sendirian.

Perempuan itu menghela napasnya, ia lalu menengadah, berusaha menahan air matanya agar tidak turun.

Jujur saja, ini bukan kali pertama Senja mendapat pesan seperti itu. Bahkan sebelum mereka menikahpun, Senja sering kali mendapat pesan dari nomor tidak di kenal. Dan ya, kadang kala isi pesan itu membuat dirinya kalut dan bahkan menangis sendirian.

Saat sedang berjalan-jalan pelan sambil berusaha menenangkan pikirannya, tiba-tiba saja ia menghentikan langkahnya.

Senjani terdiam sejenak, lalu kembali melangkahkan kakinya.

Beberapa kali ia menghentikan langkah kakinya berulang kali, merasakan jika ada seseorang yang mengikutinya, bahkan sejak tadi siang.

Senjani menghela napasnya.

Ia lalu mempercepat langkah kakinya, hingga tiba-tiba saja ia kembali menghentikan langkah kakinya.

Jujur saja, Senjani sangat takut.

Senjani membalikkan badannya, dan benar saja ia melihat seseorang yang pergi menjauh dari sana.

“Berhenti...” teriaknya. Orang itu semakin mempercepat langkah kakinya.

Senjani berjalan menghampiri orang itu

“Berhenti hei!” Teriaknya.

Namun sayang, orang itu tetap saja tidak menghentikan langkahnya.

“Berhenti disana!”

“JANU AKU BILANG BERHENTI!”