Belagu
Aming melangkahkan kakinya menuju tempat tongkrongan Tio. Napasnya memburu, tangannya terkepal.
“Anjing!” Umpat Aming sambil melayangkan pukulan pada wajah Tio.
Tio yang memang tidak tahu apa-apa hanya diam membiarkan Aming.
“Bangsat sia! Adek aing anjing!” Ucap Aming.
Baik Adjie, Warih, serta Elang, yang memang ikut kesana segera menahan Amingyu agar menghentikan pukulannya pada Tio.
“Kalem heula” k Adjie pada Aming.
Tio berdiri sambil mengusap-usap pipinya yang terkena pukulan dari Aming.
“Sebentar a’ ini ada apa?”
“Adik apa maksudnya?” Tanya Tio.
Aming menatap Tio dengan tatapan marahnya.
Jika saja Warih dan Adjie tidak menahannya, mungkin saat ini Aming akan terus melayangkan pukulab pada Tio.
“Maksudnya sia apaan ngehajar adek aing?
“Sia ngotak atuh sia kan panitia ospek, kenapa sia berani nonjok maba cuma gara-gara motor kesenggol?”
“Sia gak usah belagu, mentang-mentang sia senior, seenaknya ke maba gitu? Tai”
Tangan Tio terkepal mendengar ucapan Aming, ia lalu melangkahkan kakinya dan menarik kerah Aming.
“Sia tau apa, hah?! Adek lo yang belagu!”
Mendengar ucapan itu emosi Aming benar-benar meluap, lalu setelah itu ia balik menarik kerah Tio dan memukulnya beberapa kali, membuat Tio merintih kesakitan.
“Awas lo macem-macem sama adek aing!”