beautiful night
Haikal dan Ralita tengah bersandar di ranjang milik mereka. Setelah tadi seharian mereka berdiri menyalami tamu undangan.
Haikal merebahkan tubuhnya, dengan Ralita yang bersandar di lengan lelaki itu.
“Capek gak sih?” Tanya Haikal pada Ralita yang dibalas anggukan.
Haikal membalikan posisinya agar bisa melihat wajah Ralita yang tengah memeluk tubuhnya dari samping.
Lelaki itu tersenyum, kemudian ia menggerakkan tangannya untuk mengusap kening Ralita, menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajahnya.
“Cantik banget cantik,” ucap Haikal tersenyum.
Ralita menengadah, menatap Haikal yang juga tengah menatapnya. Ia kemudian terkekeh.
“Seneng banget bilang aku cantik,” ucap Ralita.
“Emang cantik kamu tuh,” Haikal tersenyum.
“Mau yang kenceng, ya, boleh?” Tanya Ralita pelan pada Haikal. Haikal terkekeh, ia kemudian mengangguk.
Dipeluknya tubuh yang lebih kecil itu dengan penuh sayang.
Haikal berkali-kali mengecup kening perempuannya dengan lembut dan penuh ketulusan.
“Ta ....” lirih Haikal.
“Hmm?”
Ralita menatap Haikal.
Netra mereka saling beradu, lalu dengan perlahan Haikal mendekatlan wajahnya, membuat kening mereka menempel.
Haikal tersenyum, begitu juga Ralita.
Tatapan ini, kenapa selalu saja terasa sangat teduh dan menenangkan?
Perlahan Haikal meraih wajah Ralita, kemudian dengan hati-hati Haikal mulai melumati bibir lembut milik perempuannya itu.
Awalnya Ralita terdiam, namun dengan perlahan ia mulai menikmati lumatan lembut itu. Berusaha merasakan seluruh perasaan yang Haikal coba sampaikan.
Awalnya lumatan yang Haikal lalukan ity itu hanya sebuah lumatan-lumatan kecil, sampai akhirnya Haikal mulai berani membuka aksesnya lebih jauh lagi, menjelajahi semua yang ada di dalam mulut perempuan itu.
Ralita memejamkan matanya, ia tidak menolak. Ia justru menikmati lumatan itu.
“Ta ....”
“Boleh?” Ucap Haikal meminta izin, sebab ia takut jika perempuannya ini belum siap.
Ralita menatap Haikal, lalu tanpa ragu, ia mengangguk.
-
Sudah hampir pukul dua dini hari, namun mereka berdua masih bergelut dengan kegiatan mereka.
Tubuh keduanya saling beradu, menghasilkan suara-suara yang memenuhi ruangan itu.
Haikal menatap Ralita yang tengah memejamkan matanya, merasakan perih sekaligus nikmat secara bersamaan.
Jemari Haikal perlahan mengusap wajah Ralita.
“Sakit?” Tanya Haikal lembut.
Ralita mengangguk pelan, membuat Haikal menghentikan kegiatannya.
“Maaf ....” Haikal mengecup wajah perempuannya itu.
“Gapapa, lanjut aja. Pelan-pelan, ya?” Ucap Ralita membuat Haikal menatapnya sejenak.
“Gapapa?”
Ralita mengangguk. Lalu tanpa berlama-lama Haikal mulai kembali pada kegiatan panasnya, bersetubuh dengan perempuan kesayangannya ini.
Mereka benar-benar larut dalam kegiatan bercinta mereka malam itu, sambil menyalurkan seluruh rasa yang mereka punya.
Dan malam itu, Ralita benar-benar jadi milik Haikal seutuhnya.
Indah sangat indah.
Malam terindah yang pernah Haikal lewati, sebab ia berhasil menjadikan perempuan kesayangannya ini milknya, dan akan selalu menjadi miliknya