Be Happy

Lelaki yang hampir menginjak usia dua puluh sembilan tahun itu tersenyum kala memperhatikan perempuan yang tengah membenarkan helaian rambutnya.

Malam ini, perempuan itu terlihat sangat cantik.

“Udah cantik,” ucap Haikal sambil memperhatikannya.

Perempuan itu menoleh pada Haikal, kemudian terkekeh pelan, “jangan gitu, aku malu,” ucapnya.

Jemari Haikal bergerak untuk mengusap pelan wajah perempuan disampingnya ini. “Udah cantik, ayo keluar,” ucap Haikal yang dibalas anggukan.

Haikal menggenggam tangan perempuan itu dengan erat.

Ini hari bahagianya, dan Haikal akan memberikan semuanya.

Mereka berdua berjalan menuju meja yang sebelumnya sudah Haikal pesan.

Mata Bina bersinar, saat melihat pemandangan malam disana.

“Suka?” Tanya Haikal dan Bina mengangguk sebagai jawaban.

Haikal tersenyum.

Bina cantik.

Tanpa aba-aba, Haikal menggenggam jemari perempuan yang tengah duduk di hadapannya itu. “Hei, selamat hari lagi, ya?” Ucap Haikal lembut, membuat Bina menatap Haikal.

Rasanya hangat.

Sebab, Bina tidak pernah tau rasanya diharga tentang hal-hal kecil seperti ini.

Mata Bina berkaca-kaca mendengar ucapan lembut Haikal, membuat lelaki di hadapannya terkekeh, “jangan nangis, jelek” ucap Haikal yang langsung membuat Bina tertawa.

Haikal memperhatikan perempuannya ini.

“Sayang ....” ucap Haikal pelan.

“Selamat hari lahir, ya? Makasih banyak karena udah hadir di hidup aku,” ucap Haikal yang membuat Bina terdiam.

“Tutup mata kamu,” pinta Haikal membuat Bina mengangkat sebelah alisnya. “Kenapa?” Tanya Bina sambil menuruti perkataan Haikal.

Lelaki itu beranjak dari duduknya, lalu ia mendekat ke arah Bina. Haikal menuntun Bina agar ia ikut berdiri di hadapannya

“Bin ....” ucap Haikal.

Bina perlahan membuka matanya

“Mau jadi dunia saya sepenuhnya?” Ucap Haikal dengan memberikan sebuah kotak kecil berisi cincin kepada Bina.

Bina terdiam melihat Haikal.

“Jadi dunia saya sepenuhnya, ya, Bin?” Pinta Haikal, lalu tanpa pikir panjang, Bina mengangguk dan memeluk Haikal dengan sangat erat.

“Ia, aku mau ....” ucap Bina yang kemudian membuat Haikal tersenyum.

Haikal mendekap tubuh yang lebih kecil darinya itu dengan erat, lalu berkali-kali ia mengucap rasa terima kasihnya pada Bina.

“Makasih, makasih, makasih ...” lirihnya lembut.

Tiba-tiba saja suara aluman musik terdengar, membuat susana disana terasa lebih menenangkan.

Udara malam yang menusuk kulit, membuat Haikal semakin mengeratkan pelukannya pada Bina.

Alunan musik itu membawa keduanya untuk pelan-pelan bergerak mengikuti irama musiknya.

Terlalu asik mereka merasakan kebahagiaan, sampai mereka tidak sadar bahwa sejak mereka memasuki tempat itu, ada Ralita juga disana bersama Arkanata.

Sejak awal Ralita melihat apa yang terjadi antara Haikal dan Bina, di tempat itu, tak jauh dari tempat yang mereka berdua tempati. Ralita ada disana, menyaksikan moment kebahagiaan dua insan itu.

“Ta ....” panggilan itu mengalihkan fokus Ralita.

Sedetik kemudian Ralita tersenyum, “iya Arkan?”

Arkanata, lelaki yang bersama Ralita itu menatap Ralita kagum.

Malam ini, Ralita cantik, sangat cantik.

Tanpa sadar, jemari Arkanata bergerak membenarkan helaian rambuat yang sedikit acak.

“Cantik ....” ucap Arkanata lembut, sedang Ralita hanya tersenyum.

Arkanata tiba-tiba saja beranjak “mau kemana?” Tanya Ralita.

Arkanata tidak menjawab, ia kemudian pergi dari pandangan Ralita.

Ralita terdiam menunggu Arkanata.

Hampir sepuluh menit Arkanata menghilang, dan tiba-tiba saja terdengar suara nyanyian seseorang dari arah belakang Ralita dan ada Arkanata yang berjalan medekat ke arah Ralita.

the look you gave me at first was it only my delusion your pure smile had made me a fool

yesterday, I hated myself for being unable to forget you who had left but now I realize we were meant for each other

Ralita menatap Arkanata yang kini mendekat ke arah Ralita sambil membawa bucket bunga di tangannya.

to you who has come back I will give my everything we will forever more stay the same together

Bersamaan dengan bait terakhir lagu itu, Ralita kemudian beranjak dari duduknya dan berdiri di hadapan Arkanata.

Arkanata tersenyum, ia kemudian memberikan bunga itu pada Ralita, lalu Arkanata mengeluarkan kotak kecil dari sakunya.

“Ta ....”

“Ayo mulai semuanya dari awal,”

“Saya sayang kamu, Ralita” ucap Arkanata sambil menampilkan sebuah cincin pada Ralita

Ralita menatap Arkanata dengan matanya yang berkaca-kaca, lalu dengan pelan ia mengangguk.

“Iya, ayo mulai semuanya dari awal,” ucap Ralita yang langsung membuat Arkanata mendekapnya.

Ralita menangis di pundak Arkanata.

Dengan alunan musik yang terdengar menenangkan, kedua insan itu bergerak mengikuti irama musik. Seolah malam ini hanya ada mereka berdua disana.

Rencana semesta kali ini terlalu lucu.

Tanpa Ralita sadari, sejak awal lun Haikal tau jika ada dirinya disana bersama Arkanata.

Dan ya, Haikal diam-diam melihat Ralita yang tengah memeluk Arkanata tak jauh dari tempatnya, begitupun sebaliknya, Ralita juga melihat Haikal yang tengah memeluk perempuannya.

Terkadang, takdir pun memang selucu itu.

Baik Haikal dan Ralita, mereka berdua sama-sama menyaksikan moment kebahagiaannya masing-masing.

Haikal bersama Bina, dan Ralita bersama Arkanata.

Disana, di tempat yang sama.

Lalu, dalam pelukan itu, baik Haikal dan juga Ralita mereka berdua sama-sama bergumam tanpa suara, dengan netra yang saling menatap dari kejauhan.

Be happy, Ta

Be happy, Kal” ​