Bahagia Selalu

Lagi dan lagi, untuk kesekian kalinya, tempat ini menjadi saksi keresahan dan ketakutan bagi beberapa insan.

“Janu...” ucap Senjani pada Janu yang tengah duduk di sampingnya.

Janu menoleh “hmm? Apa Senja?”

“Tumben ngajak ke pantai?” Ucap Senja.

Janu terkekeh “ini kan tempat kesukaan kamu”

Matanya menyipit kala lelaki itu tersenyum pada perempuan di sampingnya. Menggemaskan.

“Janu kenapa sih, tiap kamu senyum gemes banget?” Ucap Senja menahan gemas pada sahabatnya itu.

Lagi-lagi Janu terkekeh “Kamu juga”

“Apa?”

“Gemes”

Senjani hanya tersenyum mendengar ucapan Janu. Perempuan itu lalu mengalihkan fokusnya pada langit sore itu.

Tangannya terulur, seolah sedang berusaha menggenggam sinar yang perlahan menghilang itu.

“Janu liat deh, itu Bumi...” ucap Senja tersenyum.

Janu mengalihkan pandangannya ke arah telunjuk perempuan itu.

“Bumi kayaknya tau ya aku mau kesini, indah banget”

Seperti ada yang menghantap relung hatinya, sesak.

“Ja...” ucap Janu.

Tangannya terulur, lalu mengusap pelan surai hitam milik perempuan itu.

“Kangen ya sama Bumi?”

Senjani mengangguk.

“Katanya mau buka lembaran baru?”

Senjani terdiam.

“Biru sayang kamu, sayang banget”

“Janu...”

“Aku takut”

Janu tersenyum, ia lalu menarik pelan tubuh perempuan agar masuk ke dalam pelukannya. Lelaki itu mengeratkan pelukannya, rasanya sesak sekali.

“Janu...” ucap Senjani.

“Biarin gini dulu ya Ja?” Ucap Janu s memejamkan matanya, sambil merasakan betapa hangatnya tubuh perempuan itu.

Senjani menepuk pelan pundak Janu, entahlah, ia merasa jika lelaki ini sedang rapuh?

“Janu, gapapa?” Tanya Senjani.

“Gapapa”

Lagi, Janu semakin mengeratkan pelukannya, seolah ia tidak ingin kehilangan kehangatan ini.

“Senja...”

“Hmm?”

“Bahagia selalu, ya? Apapun dan dimanapun, janji kalau kamu bakal terus bahagia”

“Janu...”

“Senja, makasih ya udah jadi bagian dari hidup aku, walaupun mungkin emang disini, posisi kita hanya sekedar teman? Tapi aku bersyukur bisa kenal kamu. Perempuan cantik juga tangguh”

“Janu, maaf”

Janu terkekeh “jangan minta maaf”

“Janu, terus sama aku, ya?”

Lelaki itu terdiam, lalu sedetik kemudian ia mengangguk pelan “iya Ja.”

Ah, sore itu, di bawah langit jingga, ada dua insan yang sedang sama-sama rapuh.

“Btw Janu...”

“Sejak kapan kamu ngobrol sama aku pake aku-kamu an? Haha”