Asal Sama Kamu, Aku Sanggup.
“Iyi cintik,” ledek Hanan ketika tak sengaja membaca pesan dari ponsel Bintang-gadisnya.
Bintang menoleh pada Hanan kemudian terkekeh ketika melihat ekspresi sang kekasih yang terlihat sebal. “Nih bales sama kamu,” ucap Bintang menyerahkan ponselnya.
Alih-alih menerima Hanan hanya menyerengeh. “Gak usah, bales aja sama kamu,” ucap Hanan tersenyum.
Bintang menghela napasnya, kemudian dirinya menatap Hanan.
Jemari kecilnya bergerak meraih pergelangan tangan lelaki itu lalu mengusapnya. “Maaf, ya?” ucap Bintang tiba-tiba.
Hanan mengangkat sebelah alisnya. “Kok minta maaf?”
“Hmm …”
“Maaf aja, aku rasa selama kita pacaran aku banyak kurangnya. Maaf, ya, Nan? Kalo misal sikap aku kadang bikin kamu ngerasa kalo aku gak sayang kamu …,” jelas Bintang pada Hanan.
Hanan terdiam sejenak, kemudian tak lama ia mengusap surai perempuan itu. “Gapapa sayang …,” ucapnya tersenyum.
“Aku juga gak pernah minta kamu harus gini gitu, kan? Seadanya kamu aja,” ucap Hanan menenangkan.
Hanan terkekeh ketika melihat raut wajah Bintang yang terlihat sedih. “Jangan nangis, jelek lo,” ucap Hanan menggoda membuat Bintang memukulnya pelan.
“Kebiasaan banget bilang jelek kalo aku nangis.”
Hanan kembali terkekeh. “Becanda ih,” ucapnya.
Bintang menatap Hanan.
Rasanya, jika menatap kedua bola mata itu Bintang merasa sangat aman. Benar-benar sehangat itu sorot mata Hanan untuk Bintang.
“Nan …”
“Hmm?”
“Kamu gak bakal kemana-mana, kan? Sampai aku pulang?” Tanya Bintang pada Hanan.
“Kamu mau nunggu, kan?”
Hanan kembali tersenyum, lalu ia kembali mengusap surai milik kekasihnya lembut. “Bin, kalo kata Pamungkas. ‘Kalau makan mungkin gak bisa sampai ke tulang, tapi kalau sama kamu, aku mau sampai ke tulang-tulangnya.’ dan kalo kata aku. ‘Jangankan sampain ke tulang sampai sumsum aja gue rela asal sama lo’. Gitu ibaratnya, paham?
Bintang mengangguk sambil terkekeh.
“Dan jangankan bertahun-tahun, ratusan tahun aja aku sanggup, Bin. Asalkan itu sama kamu dan buat kamu,” ucap Hanan.
Bintang menatap lekat netra milik lelakinya itu lalu tersenyum.
“Makasih, ya?” ucap Bintang.
“Makasih karena udah ngisi hari-hari aku, makasih karena udah datang dan bikin sembuh luka aku,” ucapnya lagi.
Bintang menghela napasnya. “Wait for me, ok? I’ll be back. Pasti.”
Hanan tersenyum kemudian mengangguk.
“Hug?” ucapnya sambil merentangkan kedua tangannya membuat Bintang langsung saja memeluknya.
“Anak pinter …,” ucap Hanan mengacap pucuk kepala perempuan kesayangannya ini dan mengecupnya.
“Aku sayang kamu …,” gumam Hanan dalam pelukan itu.
Dan tak lama, suara pemberitahuan keberangkatan pun terdengar, membuat mereka saling mengeratkan pelukannya dan tak lama saling menatap.
Sebelum Bintang benar-benar pergi, Hanan berkali-kali melayangkan kecupan pada pucuk kepala Bintang. Sebab sebentar lagi Hanan akan kehilangan sosok orang ini untuk jangka waktu yang cukup lama.
Hanan melepas pelukannya. Kemudian ia menghela napasnya.
“Dah sana berangkat …,” ucap Hanan tersenyum.
Bintang menatap Hanan kemudian setetes air mata pun jatuh, membuat Hanan terkekeh. “Jangan nangi l—“
“Iya gue jelek kalo nangis, udah diem,” potong Bintang yang lagi-lagi membuat Hanan terkekeh.
Hanan kembali menatap teduh perempuannya.
Sebelum Bintang benar-benar menjauh, Bintang kembali memeluk Hanan erat, benar-benar erat.
“Tunggu, ya? Tunggu aku pulang …” bisik Bintang dan Hanan pun mengangguk.
“I’ll wait, don’t worry.”
Bintang menatap Hanan dan tersenyum, lalu ia melangkah mundur perlahan menjauh dari Hanan.
Dan sebelum Bintang benar-benar pergi dan hilang dari penglihatan Hanan. Lelaki itu berteriak.
“I LOVE YOU …”
”I LOVE YOU SO MUCH BINTANG!”
” PLEAESE PROMISE ME TO COME BACK, OK?” Teriak Hanan membuat Bintang mengangguk sambil mengusap air matanya dari kejauhan.
”IYA AKU JANJI!” balas Bintang.
“SEE YOU AGAIN CANTIK!”
Ah, ternyata melepaskan begitu sulit, ya?
Banyak orang berlalu-lalang disana. Ada yang pergi dan juga ada pulang.
Iya, bandara, tempat dimana orang-orang menyambut kepulangan serta kepergian. Begitu juga yang saat ini sedang lakukan.
Lelaki itu tengah mengantar kepergian perempuan tersayangnya.
Hanan bahkan tidak pernah tahu, apakah Bintang akan benar-benar lulanh ladanya atau malah sebaliknya.
“Semoga beneran pulang, ya, Bin?”