Aku Disini

Di bawah rintik hujan kala itu, Senjani terduduk di hadapan sebuah tempat.

“Bumi...” lirihnya.

Tangannya terulur mengusap pelan batu bertuliskan nama seseorang yang bahkan sampai saat ini masih saja tergores di hatinya.

Senjani tersenyum tipis, rasanya sesak. “Bumi... sakit banget” Senjani terisak pelan.

Ia lalu memeluk batu nisan ini, seolah ia sedang memeluk tubuh yang selama ini ia rindukan. Senjani terisak semakin keras.

Lihat, bahkan langit pun tahu, jika disini ada anak hawa yang sedang terluka.

Senjani menangis, berkali-kali ia meraung menyebut nama itu.

“Bumi...“

“Bumi...” ucapnya lirih.

“Kenapa Biru jahat banget? Bumi, sakit banget Bumi...” lirihnya.

Senjani semakin mengeratkan pelukannya, tidak peduli jika tubuhkan kotor dan basah. Ia hanya ingin Bumi, ia ingin pelukannya, ia rindu, sangat rindu.

Senjani terisak sampai-sampai napasnya tak beraturan karena terlalu sesak.

Tiba-tiba saja hujan terasa seperti berhenti mengguyur tubuhnya. Senjani lalu menoleh.

“Janu...?”

Iya, disana ada Janu, dengan membawa sebuah payung guna menghadang guyuran hujan yang menerpa tubuh mungil perempuan itu.

Janu mensejajarkan tubuhnya, lalu memeluk erat Senjani.

“Maaf, maaf aku terlambat” ucapnya

Senjani semakin terisak kala Janu memeluk tubuhnya.

“Janu...” lirihnya.

Demi apapun, sakit sekali rasanya melihat Senjani menangis seperti ini.

“Aku disini, Bumi disini, kita disini Senja...”

“Jangan nangis, aku disinu...” ucapnya semakin mengeratkan pelukannya pada Senjani.

Senjani terisak.

“Ayo pergi, pergi dari sini, dari semuanya. Ayo Senja...” ucap Janu.