Aku disini

Haikal menghela napasnya berat sesaat setelah mendengarkan penjelasan dari dokter mengenai kemungkinan Bina yang harus melakukan tindak operasi saat melahirkan nanti.

Haikal memukul kepalanya keras

“Bisa-bisanya anjing,” umpat Haikal pada dirinya sendiri.

Demi apapun, Haikal benar-benar menyesal karena terlalu mementingkan pekerjaannya.

Lelaki itu kemudian melangkah masuk ke ruang rawat Bina, fokusnya menatap Bina yang tengah tertidur pulas.

Haikal menatap istrinya itu dengan sayang, ia lalu mengusap dan membernarkan selimut Bina.

“Sakit, ya? Maaf, maaf, harusnya aku gak teledor buat ninggalin kamu sendiri,” ucap Haikal sambil mengusap pelan punggung tangan Bina.

“Sehat ya Bu—“ belum sempat Haikal menyelesaikan kalimatnya. Tiba-tiba saja Bina bergerak dari tidurnya.

Haikal terdiam, takut Bina terganggu.

“Mama ....”

“Papa ....” lirih Bina terdengar sangat menyakitkan.

Haikal mengusap pucuk kepala Bina, “sayang aku disini,” ucap Haikal pelan.

Terdengar suara isakan dari Bina yang tengah tertidur.

“Mama, papa, adek. Bina kangen ....” lirih Bina menangis dengan mata yang masih terpejam.

Demi apapun, rasa sesak ikut menyeruak pada ruang dada Haikal. Lantas lelaki itu beranjak dan mulai mengusap Bina, “Hei bun, bangun aku disi—“

“Reno ....” ucapan Haikal terputus kala Bina mengucapkan nama itu.

Haikal terdiam, “Bun, bangun”

Lagi, Bina terisak dalam tidurnya, “Reno jangan tinggalin gue lagi,” gumam Bina.

Haikal menghela napasnya, dan tanpa memperdulikan ucapan Bina, kemudian ia memeluk erat tubuh itu. “aku disini sayang, bangun, aku disini ...” ucap Haikal