Aku Disini.
Senjani terduduk di balkon apart miliknya, sambil menyeduh sebuah teh hangat, perempuan itu menghela napasnya.
Hampir satu tahun lamanya, Senjani masih saja merasa kesepian, masih ada sesuatu yang hilang dalam dirinya.
Hatinya masih terluka, serpihan-serpihan yang pecah begitu saja masih belum kembali utuh.
Tanpa ia sadari, ia meneteskan air matanya. “Bumi...” gumamnya.
Angin malam itu semakin membuatnya terasa seperti manusia yang kehilanhan jiwanya.
Rasanya terlalu dingin dan sepi.
“Hei...” Tiba-tiba saja sebuah suara membuyarkan fokusnya.
Senjani mematung kala melihat seseorang berdiri di hadapannya sambil tersenyum.
Perempuan itu menangis “Bumi...” Ia lalu berlari memeluk erat tubuh itu. Tubuh yang selalu ia rindukan.
Lelaki di hadapannya tersenyum, lalu ia mengusap pelan pucuk kepala Senjani, mengusapnya dengan lembut, lalu mengecupnya.
“Hei, kok nangis?”
Senjani terisak “Bumi, kemana aja? Aku kangen banget sama kamu...”
Terdengar suara kekehan “Senja, jangan nangis...” ucap Bumi.
“Inget gak aku pernah bilang apa?”
“Aku gak pernah suka liat kamu nangis, apalagi gara-gara aku...”
Perempuan itu terisak “Bumi, jangan pergi, jangan ninggalin Senja...” lirihnya.
Bumi lalu memeluk erat tubuh mungil perempuan itu “Aku gak pernah pergi Senja...” ucapnya.
“Capek, ya?”
Senjani mengangguk.
“Maafin aku, ya? Maaf karena aku gak ada di saat kamu lagi sedih” ucap Bumi, membuat Senjani semakin terisak.
“Bumi, tau gak? Aku gak pernah tidur tenang, aku selalu inget sama kamu.”
“Aku kangen suara kamu, aku kangen tatapan kamu, aku kangen Bumi, aku kangen semua tentang kamu. Kamu yang selalu ada di samping aku, kamu yang selalu berusaha ngasih apapun buat aku. Bumi, aku kangennn banget.” Senjani terisak
“Bumi, jangan pergi lagi, ya? Aku takut sendirian..” lirihnya.
Bumi lagi-lagi gersenyum “Aku disini, aku gak pernah pergi.”
“Tidur, ya?”
Senjani menggeleng.
“Enggak, aku gamau, aku takut kamu pergi.
Bumi terkekeh “aku gak pergi Senja, ayo tidur, nanti aku usapin kepalanya”
“Janji gak pergi?”
Bumi mengangguk “Iya”
“Yaudah ayo bobo, usapin, ya?”
Bumi dan Senjani lalu tertidur, Senjani memeluk tubuh Bumi dengan erat.
Perempuan itu takut, sangat takut jika lelakinya pergi lagi.
Bumi lalu mengecup pelan pucuk kepala Senjani.
“Selamat tidur Senja...”
*