𝗗𝗲𝗹𝗮𝗽𝗮𝗻; 𝗦𝗮𝗸𝗶𝘁

“Assalamualaikum, Bumi pulang” ucap Bumi

Bumi melihat disana ada Papa sedang duduk dan melihat ke arah Bumi dengan tatapan marah?

“Duduk!” Ucap Papa membuat jantung Bumi berdegup kencang.

“Darimana?”

“D-dari l-“

“Darimana?! Jawab!”

“Maaf pa, Bumi barusan keluar sama temen Bumi beli eskrim, maaf gak bilang”

Tiba-tiba saja

“AWWW SAKIT PAH” ucap Bumi berteriak.

Iya, papa memukul kaki Bumi dengan kencang membuat anak itu berteriak kesakitan.

“Siapa yang ngijinin kamu main hah?!”

“Pah sakit pah” teriak Bumi.

“M-maaf pah b-bumi c-cuma keluar s-sebentar. Maafin Bumi” ucap Bumi pada papanya.

“Halah, kamu tuh makin gede makin nakal ya? Mau kamu apa sih hah?! Dasar anak kurang ajar”

Pukulan demi pukulan Bumi terima, anak itu berteriak kesakitan meminta ampun pada papanya agar berhenti memukulinya “pah hiks ampun pah sakit, maafin bumi pah”

“Liat tuh kakakmu, belajar! Bukan malah keluyuran. Mau jadi apa kamu hah?! Mau jadi gembel?! Duit masih dari orang tua juga banyak nakal banget jadi anak!” Ucap papanya

Sakit, sakit sekali. Bumi ingin marah, ia ingin berteriak melawan, tapi ia tidak mampu. Jiwanya terlalu takut, ia masih terlalu takut untuk melawan semua pukulan dan cacian yang ia terima.

Bumi hanya bisa meminta ampun pada papanya sambil berusaha keras menahan sakitnya “Pa ampun, maafin Bumi pah. Bumi janji gak akan nakal lagi maaf pah, udah pah sakit” ucap Bumi lirih.

“Awas aja kamu, ketauan main keluar tanpa izin! Sana ke kamar, dasar anak nakal!” Ucap papanya sambil membanting pintu.

Bumi hanya bisa menangis, sakit, ia ingin dirangkul dan dibela, tapi apa? Bahkan mama dan juga kakaknya hanya melihat kejadian ini dari jauh, mereka bahkan tidak berusaha menghentikan pukulan yang diberikan oleh papa pada Bumi.

Bumi berusaha keras menahan semua rasa sakitnya, ia terlalu takut, ia terlalu rapuh.