๐—˜๐—บ๐—ฝ๐—ฎ๐˜ ๐—ฃ๐˜‚๐—น๐˜‚๐—ต ๐—ฆ๐—ฎ๐˜๐˜‚; ๐—ž๐—ฎ๐—ธ๐—ฎ๐—ธ ๐——๐—ถ๐˜€๐—ถ๐—ป๐—ถ

Memang benar kata orang-orang, penyesalan selalu datang di akhir.

Entah sudah berapa kali Azri memukuli dirinya sendiri, merutuki betapa bodohnya ia selama ini.

Di hadapannya, terdapat seseorang yang kini tengah terbaring dengan berbagai alat rumah sakit yang menempel di tubuhnya. Azri memperhatikan dengan lekat adiknya itu, tubuhnya kini sedikit kurus dari biasanya, rambutnya bahkan sudah sangat menipis.

Azri meringis perih saat memperhatikan adik satu-satunya itu. Azri diam-diam menangis sembari mengusap pelan punggung tangan Bumi.

โ€œBumi...โ€ ucap Azri lirih.

Lelaki itu lalu meraih tangan Bumi, kemudian menciumi dan mengusapnya dengan lembut.

Sakit rasanya ketika ia menyadari bahwa adiknya semenderita ini. Ia tak habis pikir, bisa-bisanya selama ini ia hanya mementingkan ego daripada perasaan Bumi.

Azri terisak, semua perbuatan yang selama ini ia tunjukan dan lakukan pada Bumi, tiba-tiba saja terlintas di pikirannya. Ia jahat, sangat jahat.

โ€œBumi, maafin kakak, ya?โ€ Ucapnya.

โ€œHarusnya dari dulu kakak ada di samping kamu. Harusnya kakak gak pernah nyakitin kamu. Harusnya kakak jadi sosok pelindung buat kamu, maaf, maaf, maaf...โ€ Azri terisak.

Hancur, hari Azri begitu hancur ketika ia sadar bahwa Bumi tidak bisa menjawab perkataannya, anak itu hanya memejamkan matanya dengan tenang.

Lagi-lagi Azri terisak, ia bahkan tidak sanggup melihat keadaan adiknya itu.

Bagaimana bisa, selama in Bumi menanggung lukanya sendirian, bagaimana bisa ia sekuat itu.

โ€œBumi, bangun, ya? Sekarang kamu gak sendirian, ada papa disini, ada kakak disini. Kita gak bakal nyakitin kamu lagi, kakak janji. Maafin kakak...โ€ Azri terisak.

โ€œAyo bangun Bumi, kamu pernah bilang kalo kamu pengen main sama kakak. Kamu bilang waktu itu pengen jadi adik kesayangan kakak. Bumi ayo bangun, kakak janji bakal selalu ada buat kamu, kakak gak bakal ninggalin kamu lagi. Bangun, ya? Kakak mohon...โ€

Isakan Azri terdengar begitu menyakitkan, mengisyaratkan bahwa itu merupakan sebuah tangisan penyeselan, kerinduan, dan ketakutan.

Demi apapun, Azri akan melakukan segala hal untuk menebus segala dosanya pada anak itu, ia akan menerima segala hukuman yang semesta beri, ia berjanji.

Tapi tolong, jangan pernah ambil Bumi. Ia bahkan belum memenuhi perannya sebagai kakak yang baik untuk Bumi.

โ€Tuhan, tolong, sekali saja, beri kesempatan untuk aku menebus segala dosa pada Bumi, aku mohon...โ€ batin Azri sambil terisak

Tanpa Azri sadari, diluar sana juga ada seseorang yang sama terlukanya. Ia juga menangis, berusaha berteriak dan meminta pada semesta agar mencabut segala penderitaan Bumi. Ia menyayanginya, sangat menyayanginya.