2 Dini Hari
Denting jam mulai terdengar. Ahh ternyata sudah pukul 2 dini hari.
Sunyi sekali seperti biasanya, hanya ada suara jangkrik yang sayup-sayup terdengar di telinga.
Pukul 2 dini hari, dan aku masih terjaga.
Isi kepalaku terlalu berat sampai-sampai saat berusaha memejamkan mata rasanya sulit.
Pukul 2 dini hari, dan aku masih terjaga.
Entah sudah berapa malam aku habiskan hanya untuk memutar segala peristiwa yang terjadi setiap hari.
Ini terlalu melelahkan. Aku terlalu banyak memikul beban.
Pukul 2 dini hari, dan aku masih terjaga.
Mataku memerah, sangat merah sampai membuatnya berair. Aku sungguh tidak tahan.
Aku menangis, aku tidak tahu malu, sebab setiap malam yang aku lakukan hanyalah mengutuk takdir. Takdir yang sudah jelas harus aku terima. Namun aku lupa diri dan malah meminta hal tidak sesuai dan melebihi porsiku.
Pukul 2 dini hari, dan aku masih terjaga.
Sial ternyata memang aku kurang bersyukur.
Kepalaku terlalu berisik dan menganggap semua kesulitan ini tidak bisa aku hadapi.
Payah, aku payah.
Aku lupa diri dan merasa jika aku adalah manusia paling sial.
Aku lupa diri dan merasa jika beban yang kupikul ini bukan tanggung jawabku, tapi kenyataannya memang tanggung jawabku.
Dulu aku pikir jadi dewasa itu menyenangkan, ternyata setelah beranjak dewasa, semua hal yang aku bayangkan tidak semudah itu untuk aku gapai.
Aku terlalu takut, rasa takutku terlalu besar sampai rasanya aku selalu tertinggal dari orang-orang sekitar.
Pukul 2 dini hari, dan aku masih terjaga.
Semoga esok hari, semua hal baik-baik saja.