Jangan kemana-mana
Netra perempuan itu bergerak menelisik setiap sudut tempat itu. Entah sudah berapa kali ia menghembuskan napasnya dengan kasar.
Bau alkohol bahkan sangat menyengat masuk ke indra penciumannya.
Perempuan itu berjalan pelan, sampai akhirnya ia menemukan Haikal yang tengah terduduk sendirian sambil menatap layar ponsel miliknya.
Perempuan itu mendekat ke arah Haikal. “Haik—“
“Itaaaa ....” ucap Haikal tersenyum dengan tatapan yang sayu.
“Itaaaa ....” ucapnya lagi.
Lantas perempuan itu duduk di samping Haikal, “Ini Kiara, Haikal,” ucapnya lembut.
Haikal mengangkat sebelah alisnya, kemudian jemarinya bergerak mengusap helaian rambut milik perempua itu.
“Ita, cantik banget, hehe” ucap Haikal.
Kiara menatap mata sayu milik Haikal, kemudian ia menghela napasnya.
Disana, terlihat banyak kerinduan. Sorot matanya sangat sendu, bahkan mampu membuat Kiara merasa ngilu.
“Ini Kia, bukan It—“
Belum sempat Kiara menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba saja Haikal menariknya untuk masuk kedalam pelukannya.
“Ita .... “
“Kangen ....” ucap Haikal yang kini tengah menenggelamkan wajahnya dalam leher perempuan yang ia anggap sebagai Ralita itu.
Haikal ini, terlalu merindukan perempuannya.
Kiara terdiam, lalu dengan pelan, ia mulai menepuk pundak Haikal.
“Ita ....”
“Jangan kemana-mana lagi ....” lirih Haikal.